
POJOKNEGERI.COM – Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Maman Abdurrahman, menyoroti fenomena terbaru yang terjadi di sektor UMKM Indonesia.
Menurutnya, derasnya arus barang impor, terutama dari China, telah membuat banyak pelaku UMKM lebih memilih menjadi pedagang atau trader ketimbang produsen.
Kondisi ini berpotensi melemahkan daya saing ekonomi nasional karena tidak memberikan dampak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja maupun perputaran ekonomi lokal.
Dalam acara BIG Conference di Raffles Hotel, Jakarta, Senin (8/12/2025), Maman menyampaikan bahwa kecenderungan UMKM membeli barang jadi dari luar negeri lalu menjualnya kembali di pasar domestik semakin marak.
“Fenomena yang menarik sekarang karena derasnya arus barang impor yang masuk, akhirnya UMKM kita cenderung lebih memilih menjadi trader.
Jadi dia beli barang-barang itu di China, ya sudah, dia hanya pasarkan saja di sini. Nah dampaknya apa? Penyerapan tenaga kerja tidak signifikan. Ekonomi tidak terlalu berputar,” ungkapnya.
UMKM Terjebak dalam Perdagangan Barang Impor
Maman menilai, pola bisnis UMKM yang hanya berfokus pada perdagangan barang impor membuat kontribusi mereka terhadap penciptaan lapangan kerja menjadi terbatas.
Padahal, UMKM selama ini sebagai tulang punggung perekonomian nasional dengan jumlah unit usaha yang mencapai lebih dari 65 juta dan menyerap lebih dari 90 persen tenaga kerja.
Namun, jika UMKM hanya berperan sebagai penjual barang impor, maka potensi besar tersebut tidak termanfaatkan secara optimal.
“UMKM hari ini banyak membeli barang jadi yang kemudian dijual kembali di pasar Indonesia. Kondisi ini membuat penyerapan tenaga kerja di Indonesia tidak signifikan,” tegas Maman.
Ia menambahkan, pola ini juga berisiko menjadikan Indonesia sekadar pasar konsumsi bagi produk asing tanpa adanya nilai tambah yang dihasilkan di dalam negeri.
Agenda Penguatan Produksi
Pemerintah, kata Maman, menargetkan penguatan sektor produksi UMKM sebagai motor penggerak ekonomi lokal. Hal ini sejalan dengan agenda nasional untuk memperkuat kemandirian ekonomi dan mengurangi ketergantungan terhadap impor.
“Yang ditargetkan kepada Kementerian UMKM harus dinaikkan sektor produksinya supaya ekonomi di daerah lebih bergerak daripada hanya sekadar menjadi trading ataupun konsumen. Nah ini mau kita jaga jangan sampai Indonesia ke depan hanya sebagai pasar saja,” jelasnya.
Maman menekankan bahwa kebijakan pemerintah ke depan akan diarahkan untuk mendukung pertumbuhan sektor produksi UMKM.
“Jadi ini yang memang sejalan dengan ini, makanya semua kebijakan menjadi sejalan semuanya,” pungkasnya.
Hapus Utang KUR UMKM
Dalam kesempatan itu, Maman juga menegaskan rencana Presiden Prabowo Subianto untuk menghapus utang Kredit Usaha Rakyat (KUR) terdampak bencana banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar).
“Nah ini lagi kita bicarakan. Pak Presiden kan juga sudah menyampaikan bahwa akan membebaskan KUR bagi yang terkena dampak bencana,” kata Maman.
Lebih lanjut, Maman mengatakan pihaknya akan memanggil bank-bank penyalur KUR untuk berkoordinasi sekaligus membahas skema penghapusan utang kredit untuk para korban bencana pekan ini.
Rencananya bank-bank pemberi kredit ini akan memetakan masing-masing debitur UMKM terdampak bencana mereka dalam sejumlah kelompok. Namun hal ini masih harus dibicarakan lebih jauh dengan perbankan dan berbagai pihak lainnya.
“Contohnya ada UMKM yang sudah terdampak secara permanen, misalnya ya karena betul-betul sudah nggak bisa, rumahnya hancur, tempat usahanya hancur. Nah ini kan kita harus pikirkan. Nah langkah-langkahnya akan kita rumuskan,” jelas Maman.
“Nanti kita detailkan seperti apa nanti kriterianya, klasifikasi seperti apa. Tapi yang penting kita harus memberikan keringanan, beban terhadap kondisi mereka,” tegasnya.
Namun saat ditanya terkait perkiraan sementara jumlah UMKM terdampak yang akan menerima bantuan atau besaran kredit yang dihapuskan, Maman belum bisa memberi kepastian. Sebab sampai saat ini proses penanggulangan bencana masih belum selesai.
“Belum bisa, karena situasi di lapangan kita juga belum tahu nih. Korban saja sampai sekarang terus bertambah dari jumlahnya sekian bertambah lagi, bertambah lagi. Jadi kita nanti akan petakan dulu. Makanya saya belum berani bicara berapa jumlahnya segala macem,” ucapnya.
“Ini kan masih banyak juga daerah-daerah yang memang masih terputus. Tim penanggulangan bencana kita juga belum bisa masuk karena ada jalan, jembatan yang terputus segala macam gitu. Jadi saya pikir angka ini kita belum bisa bicara,” tambah Maman.
(*)
