Untuk mampu bertahan dan berkembang seterusnya, pelaku bisnis dapat berfokus pada diversifikasi sumber produk, penilaian biaya, dan digitalisasi.
Di bawah iklim ekonomi yang tidak menentu ini, SIRCLO memaparkan beberapa praktik bisnis terbaik untuk pertumbuhan jangka panjang agar pemilik usaha di Indonesia dapat mempersiapkan diri dengan tangguh. Berikut di antaranya:
1. Melihat gambaran besar perekonomian Indonesia pasca-pandemi
Dalam memperkuat fondasi perekonomian Indonesia, sangatlah penting untuk membangun ketahanan bisnis terhadap tekanan industri yang berskala besar maupun kecil.
Pelaku bisnis perlu melihat gambaran besar saat menghadapi perekonomian Indonesia pasca-pandemi. Untuk beradaptasi dengan perubahan kebutuhan konsumen, pola konsumsi, dan situasi ekonomi, pelaku bisnis dapat mengembangkan strategi
bisnis baru yang fokus pada pertumbuhan jangka panjang serta menghindari tindakan dramatis seperti lonjakan harga mendadak sebagai respons terhadap inflasi atau resesi.
2. Tidak mengabaikan penjualan yang bervolume kecil
Konsumen yang berkecukupan secara finansial cenderung memiliki daya beli yang tinggi, sehingga bisnis pun pada umumnya menyasar segmen konsumen tersebut untuk menghasilkan penjualan dan keuntungan bervolume tinggi.
Terlepas dari fakta tersebut, mengabaikan penjualan bervolume kecil bisa menjadi kesalahan besar karena sebagai mesin perekonomian negara, sebagian besar UMKM menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Hampir semua lapangan kerja negara—97 persen—disediakan oleh 63 juta UMKM yang menyumbang lebih dari 60% dari PDB.
Maka dari itu, penting bagi pelaku bisnis untuk tidak kehilangan fokus pada penjualan yang bervolume kecil.
3. Kurangi biaya produksi dan tingkatkan penjualan