Pupuk ini sering diistilahkan sebagai pupuk guano, yang pada dasarnya serupa dengan pupuk kandang dari hewan ternak. Hal yang membedakan pupuk guano dan pupuk kandang adalah sumber hewannya, dimana pupuk guano merupakan campuran kotoran dari hewan liar, umumnya seperti burung laut, anjing laut, dan kelelawar.
Menurut keterangan dari penjaga gua, sebagian masyarakat desa telah mengetahui dan memanfaatkan ketersediaan pupuk guano ini, yang terbukti dapat menyuburkan tanaman yang dibudidayakan masyarakat desa setempat.
Masuk lebih dalam, kami mendapati gua ini diperkirakan memiliki panjang sekitar 250 meter.
Di ujung perjalanan menelusuri goa, kami terhalang oleh sebuah aliran sungai yang oleh penduduk desa diyakini dihuni oleh satwa reptilia buaya. Terlepas dari benar tidaknya informasi tersebut, spontan hal itu membuat kami mengurungkan niat untuk berjalan menyeberangi sungai yang ada di hadapan kami.
Sementara itu jalan keluar lainnya masih tertutupi oleh lebatnya semak belukar yang dengan minimnya peralatan yang kami bawa sehingga tidak bisa kami lewati.
Setelah dirasa cukup menikmati suasana dan pemandangan di gua ini maka akhirnya kami memutuskan untuk kembali pulang dengan melewati rute yang sama ketika kami datang.
Sebagai bagian dari generasi intelektual muda Kalimantan Timur, kami meyakini bahwa keberadaan Gua Beribu Kelelawar di Desa Bumi Jaya yang selama ini tidak banyak diketahui ini sebenarnya merupakan salah satu aset desa yang memiliki nilai penting serta berpotensi untuk dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata alam dan pendidikan.
Selain juga sebagai sumber dalam pemanfaatan pupuk guano.
Pengelolaan yang terarah dan berwawasan lingkungan dalam pemanfaaatan gua ini merupakan kunci penting agar masyarakat desa secara umum dapat merasakan manfaat/layanan ekonomi dan ekologi (economic and ecology services) yang tersedia dari Gua Beribu Kelelawar.