POJOKNEGERI.COM - Ratusan demonstran Malaysia menggelar protes anti-pemerintah pada hari Sabtu yang menentang larangan pertemuan publik di bawah pembatasan virus corona.
Adanya dekmonstrasi itu menambah tekanan pada perdana menteri Malaysia yang juga diminta para demonstran untuk mengundurkan diri.
Para pengunjuk rasa, mengenakan topeng dan menjaga jarak satu sama lain, melambaikan spanduk bertuliskan “pemerintah yang gagal".
Itu adalah demonstrasi besar pertama di Malaysia untuk beberapa waktu. Sebelumnya, banyak warga yang enggan turun ke jalan karena pembatasan terkait COVID dan karena takut terinfeksi.
Tetapi kemarahan warga tak terbendung akibat penanganan pemerintah Malaysia terhadap wabah virus corona.
"Kami berjuang karena rakyat menderita, sementara pemerintah sibuk bermain politik," kata Karmun Loh, yang ikut serta dalam protes di pusat kota Kuala Lumpur, dilansir dari Aljazeera.
“Pemerintah ini … melumpuhkan ekonomi dan juga menghancurkan demokrasi negara kita.” ujarnya.
Muhyiddin "adalah perdana menteri yang mengerikan", tambah demonstran bernama Shaq Koyok.
"Dia harus turun." katanya.
Ada banyak polisi dan petugas memblokir upaya pengunjuk rasa untuk memasuki alun-alun pusat sebelum akhirnya aksi dibubarkan dengan damai.
Massa mengatakan sekitar 1.000 demonstran ambil bagian dalam aksi itu, tetapi polisi menyebutkan jumlahnya sekitar 400.
Polisi mengatakan kepada media lokal bahwa para pengunjuk rasa akan dipanggil untuk diinterogasi karena mereka telah melanggar larangan berkumpul.
Diketahui, Perdana Menteri Muhyiddin mengambil alih kekuasaan di kepala koalisi yang dilanda skandal tahun lalu tanpa pemilihan setelah runtuhnya pemerintahan reformis. Namun pemerintahannya berada di ambang kehancuran setelah sekutu menarik dukungannya.
Dia mendapat tekanan baru untuk mundur minggu ini setelah parlemen bersidang setelah penangguhan selama berbulan-bulan sebagai bagian dari keadaan darurat virus.
Pemerintahannya dituduh menghindari pemungutan suara.
Malaysia telah melaporkan hampir 1,1 juta kasus virus dan lebih dari 8.800 kematian telah terjadi.
(redaksi)