"Dalam skala nasional, kita membutuhkan sekitar 100 ribu arsiparis, tetapi saat ini baru ada sekitar 12 ribu arsiparis. Ini sangat jauh dari kebutuhan ideal," ungkapnya.
Ia juga menyadari bahwa minat menjadi arsiparis tidak terlalu tinggi, dan persyaratan untuk menjadi arsiparis cukup ketat karena mereka harus menjaga arsip-arsip negara yang penting untuk mengatasi kekurangan SDM, pemerintah berupaya melakukan percepatan melalui rekrutmen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K).
"Tahun lalu, kita memiliki formasi untuk 7 ribu P3K, tetapi tidak terisi semua karena persyaratan yang ketat dan kurangnya pengalaman di bidang kearsipan," jelasnya.
Selain jumlah, kompetensi arsiparis juga menjadi perhatian utama dalam Rakornas 2024. Imam menekankan pentingnya pelatihan dan pengembangan SDM kearsipan untuk menghadapi tantangan digitalisasi.
"SDM yang kompeten sangat penting untuk proses transformasi kearsipan. Oleh karena itu, pelatihan dan pengembangan harus terus ditingkatkan," ujarnya.
Beberapa program pelatihan telah disiapkan untuk meningkatkan kompetensi arsiparis, termasuk workshop, seminar, dan kursus online.
"Kami akan terus mendorong pelatihan dan sertifikasi bagi arsiparis agar mereka siap menghadapi tantangan kearsipan digital," pungkasnya.
(tim redaksi)