NasionalPemerintah

Whoosh Diakui Bukan untuk Raup Laba, Begini Kata Purbaya

POJOKNEGERI.COM –  Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memberikan tanggapannya soal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh.

Whoosh kata Purbaya memang tidak untuk meraih keuntungan finansial semata. Hal ini sejalan dengan pernyataan Presiden ke-7 Joko Widodo yang sebelumnya menyebut proyek tersebut sebagai bentuk investasi jangka panjang negara.

“Memang ada benarnya, karena Whoosh punya misi pengembangan wilayah juga,” ujar Purbaya usai menghadiri Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta.

Pernyataan ini muncul di tengah sorotan publik terhadap beban utang proyek yang ditanggung PT Kereta Api Indonesia (Persero), hingga memaksa dilakukan restrukturisasi dengan pihak pemberi pinjaman dari Tiongkok.

Meski memiliki tujuan sosial dan pembangunan, Purbaya mengakui bahwa proyek Whoosh belum memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan sekitar jalur kereta cepat.

“Yang regionalnya belum dikembangkan. Mungkin perlu didorong pembangunan di sekitar stasiun pemberhentian agar ekonomi dasar bisa tumbuh,” jelasnya.

Jokowi Bicara Soal Whoosh

Sebelumnya, Jokowi menyebut proyek itu untuk menjawab tantangan kemacetan Jakarta yang sudah sangat parah. Selain kereta cepat, pemerintah membangun sarana transportasi lain, seperti LRT hingga MRT.

“Ini sudah sejak 30 tahun, 40 tahun yang lalu, 20 tahun yang lalu dan Jabodetabek juga kemacetannya parah,” kata Jokowi di Kottabarat, Senin (27/10/2025).

Lebih lanjut, dia mengatakan selain Jabodetabek, Kota Bandung juga mengalami kemacetan yang parah. Dengan adanya kemacetan itu, Jokowi memperkirakan kerugian ekonomi bisa mencapai Rp 100 triliun per tahun.

Untuk itu, untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di Jabodetabek dan Bandung perlu moda transportasi untuk mengurangi kerugian.

“Nah, untuk mengatasi itu kemudian membangun yang namanya MRT, LRT, kereta cepat, dan sebelumnya lagi KRL. Ada juga kereta bandara agar masyarakat berpindah dari transportasi pribadi mobil atau sepeda motor ke sepeda motor,” jelasnya.

“Kereta cepat, MRT, LRT, kereta bandara, KRL. Agar kerugian itu bisa terkurangi dengan baik. Dan prinsip dasar transportasi massal, transportasi umum itu adalah layanan publik. Ini kita juga harus ngerti bukan mencari laba,” sambung Jokowi.

Jokowi Sebut Keuntungan Sosial

Menurutnya, transportasi massal atau umum tidak bisa hanya melihat dari laba saja. Melainkan juga dari keuntungan sosial, salah satunya pengurangan emisi karbon.

“Jadi, sekali lagi, transportasi massal, transportasi umum, itu tidak diukur dari laba, tetapi adalah diukur dari keuntungan sosial. Social return on investment, misalnya, pengurangan emisi karbon,” terangnya.

Di sisi lain, ia juga menilai produktivitas masyarakat menjadi lebih baik. Selain itu polusi yang lebih berkurang.

“Di situlah keuntungan sosial yang didapatkan dari pembangunan transportasi massal. Jadi sekali lagi, kalau ada subsidi itu adalah investasi, bukan kerugian. kayak MRT. Itu pemerintah provinsi DKI Jakarta mensubsidi Rp 800 miliar per tahun itu pun baru dari Lebak Bulus sampai ke HI. Nanti kalau semua rute sudah selesai diperkirakan Rp 4,5 triliun. Dari hitung-hitungan kami dulu 12 tahun yang lalu,” bebernya.

Disinggung mengenai apakah sudah pernah memprediksi kerugian Whoosh sebelumnya, Jokowi tidak menjawab dengan lugas. Dirinya memprediksi Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) makin positif.

“Itu pun kalau penumpangnya sekarang per hari kan kayak Whoosh itu sudah 19.000 dan sudah mencapai penumpang sampai 12 juta penumpang. Itu kalau setiap tahun naik, naik, naik orang berpindah, ya kerugiannya akan semakin mengecil, semakin mengecil, semakin mengecil.

“Ini kan baru tahun pertama. Mungkin diperkirakan apa EBITDA-nya juga sudah positif dan diperkirakan akan lebih turun lagi setelah enam tahun. Perkiraan, karena ini tergantung perpindahan orang ya dari transportasi pribadi ke transportasi massal,” tuturnya.

Proyek Whoosh Diusut KPK

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengusut kasus proyek kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh. 

Whoosh sendiri merupakan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang beroperasi pada 2 Oktober 2023.

Whoosh merupakan kereta cepat pertama di Indonesia sekaligus Asia Tenggara

Rencana pembangunan kereta cepat dimulai sejak 2015 dengan pembentukan PT Kereta Api Cepat Indonesia China (KCIC). 

Proyek ini masuk dalam Proyek Strategis Nasional melalui Peraturan Presiden No 3 Tahun 2016.

Pengusutan itu masih tahap penyelidikan.

“Ya benar jadi perkara tersebut saat ini sedang dalam tahap penyelidikan di KPK,” kata Jubir KPK Budi Prasetyo kepada wartawan, Selasa (27/10/2025).

Dia belum menjelaskan lebih lanjut terkait dugaan korupsi yang sedang berproses.

Masih Tahap Penyelidikan

Budi mengatakan perkembangan kasus yang masih tahap penyelidikan belum dapat di sampaikan secara terbuka ke publik.

“Untuk tahap penyelidikan, memang kami tidak mengekspos atau memublikasikan pihak-pihak yang dimintai keterangan dalam proses ini. Termasuk dengan kegiatan-kegiatan lainnya tentu yang juga dilakukan oleh tim dalam upaya mencari keterangan-keterangan yang dibutuhkan,” ujar Budi.

Pada tahap penyelidikan ini, kata Budi, KPK juga belum bisa membeberkan detail konstruksi perkara, pihak yang akan diminta pertanggungjawaban pidana serta dugaan kerugian negara dari kasus yang sedang ditangani KPK. 

Pasalnya, pada tahap penyelidikan, KPK masih fokus mengumpulkan alat bukti untuk menentukan ada tidaknya tindak pidana korupsi dalam proyek kereta cepat Whoosh.

“Jadi kita masih fokus dahulu untuk mencari, menemukan unsur-unsur peristiwanya, peristiwa adanya dugaan tindak pidana korupsinya. Kita fokus dahulu di situ dalam tahap penyelidikan,” jelas Budi.

Jika merujuk pada Pasal 1 ayat (5 )KUHAP, maka disebutkan penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam KUHAP.

“Sejauh ini tidak ada kendala, jadi memang penyelidikan masih terus berprogres. Kita berikan ruang, kita berikan waktu pada proses penegakan hukum yang sedang berjalan di KPK ini supaya proses-prosesnya bisa betul-betul firm untuk menemukan dalam pencarian terkait dengan informasi ataupun keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh tim,” pungkas Budi.

(*)

Tampilkan Lebih Banyak

HS

Back to top button