POJOKNEGERI.COM - Isu ketahanan pangan menjadi salah satu keresahan para pemuda Kutai Kartanegara (Kukar).
Terlebih lagi saat ini Kukar menjadi salah satu daerah penyangga ibu kota negara (IKN) Nusantara, sudah sepatutnya pemerintah menyiapkan langkah dalam menjaga ketahanan pangan.
Keresahan ini seperti yang disampaikan Jauhar (21), saat bertatap muka dengan Brigjen TNI Dendi Suryadi.
"Melihat kondisi ini (adanya IKN) apakah Kukar siap atau tidak? Sementara saat ini ekspolrasi masih cenderung besar ke arah ekstraktif," kata pemuda asal Tenggarong, pada diskusi publik di Cafe Kopiral Tenggarong, beberapa waktu lalu.
Apa yang menjadi keresahan pemuda itu medapat respon dari Dendi Suryadi.
Jenderal TNI berdarah Kutai ini mendorong anak muda turut berperan dalam penguatan pangan di Kutai Kartanegara.
Tak hanya berperan sebagai konsumen, namun dapat terjun sebagai produsen pertanian, perkebunan bahkan perikanan, kata eks Danrem 091 ASN Korem 091/Aji Surya Natakesuma yang membawahi 9 satuan kabupaten/kota dan 1 satuan tempur yang tersebar di wilayah Kalimantan Timur.
Bahwa menjadi petani, pekebun dan nelayan bukanlah pekerjaan rendah, bahkan Dendi Suryadi menekankan bahwa peluang bisnis di dimensi pangan bisa sangat menguntungkan selama pengelolaannya baik.
Cucu dari salah satu tokoh pendiri Masjid Jami Tenggarong itu mengatakan, ketahanan pangan tak hanya bicara masalah petani dan nelayan.
Namun, infrastruktur dasar untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam menunjang pekerjaan.
Menurut Brigjen TNI Dendi pemerintah daerah harus turut campur dalam upaya membangun infranstruktur dan sistem yang berpihak bagi masyarakat.
Seperti kondisi mahalnya harga bahan bakar minyak (BBM) dalam hal imi solar.
Bukan hanya mahal, acap kali bahan bakar yang digunakan nelayan atau petani itu dalam kondisi langka.
Alhasil, mereka harus mengantre panjang dan mengeluarkan biaya lebih demi bisa melaut mencari ikan atau menyuplai pangan mereka ke pasar, demi memenuhi kebutuhan hidup.
"Pemerintah harus mengatur dan membela yang paling lemah. Sekarang semua serba mahal. Banyak pemimpin melihat fenomena itu tapi merasa bukan urusan dia. Ini harus teratasi dan tidak bisa dibiarkan begitu saja," katanya.
Menurutnya, pemerintah daerah harus melibatkan semua sektor, termasuk dari perusahaan yang beroperasional di wilayahnya. Ini diyakini akan berdampak optimal terhadap hasil tani mapun perikanan di Kutai Kartanegara.
"Karena itulah pentingnya memilih pemimpin yang dilahirkan dari proses demokrasi dan responsif," ujar jenderal TNI lulusan Sesko TNI dan Lemhanas.
Sehingga, pemenuhan kebutuhan bahan makanan dan peningkatan pendapatan perkapita petani maupun nelayan di Kutai Kartanegara mampu tercapai seiring tumbuhnya produktivitas mereka.
Dendi menyebut, dengan ditetapkannya Kalimantan Timur sebagai Ibu Kota Nusantara (IKN), maka kebutuhan pangan dipastikan jauh meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
"Ini yang wajib kita persiapkan sejak dini agar bisa dipenuhi secara mandiri untuk mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah," pungkasnya.