Ekonomi

Pemerintah Siapkan DME sebagai Pengganti LPG

POJOKNEGERI.COM – Pemerintah Indonesia terus menggenjot pembangunan industri energi dalam negeri dengan mempercepat proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME).

Langkah ini diambil sebagai strategi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor Liquified Petroleum Gas (LPG), yang terus meningkat seiring pertumbuhan konsumsi energi masyarakat.

DME merupakan senyawa kimia yang memiliki karakteristik mirip dengan LPG dan dapat digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan proyek DME pun sudah dibahas dalam Rapat Terbatas (Ratas) dengan Presiden Prabowo Subianto, Kamis (6/11/2025).

Dalam rapat tersebut, kata Bahlil, Presiden Prabowo menegaskan pentingnya mempercepat pembangunan industri energi dalam negeri. Hal ini lantaran semakin banyaknya kebutuhan LPG di tahun mendatang.

“Kita tahu bahwa tadi kita baru habis resmikan Cilegon, itu kita membutuhkan LPG kurang lebih sekitar 1,2 juta ton per tahun. Maka konsumsi kita nanti ke depan, di 2026, itu sudah mencapai hampir 10 juta ton LPG. Tidak bisa kita lama, kita harus segera membangun industri-industri dalam negeri,” ucap Bahlil dalam keterangan tertulis dikutip Sabtu (8/11/2025).

Bahlil lantas mengungkapkan kebutuhan impor LPG Indonesia pada 2026 akan semakin meningkat. Kebutuhannya mencapai 10 juta ton per tahun. Oleh karenanya, ia mengatakan pembangunan proyek gasifikasi batu bara menjadi DME harus dipercepat.

“Tidak bisa kita lama, kita harus segera membangun industri-industri dalam negeri,” ucap Bahlil.

Telah Diserahkan ke Danantara

Sebelumnya Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengungkapkan saat ini pemerintah telah menyerahkan proyek DME ke Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) untuk masuk ke tahap feasibility study (FS).

“Jadi untuk FS dengan kita sudah serahkan ke Danantara, ya kita harapkan lebih cepat lebih baik. Kalau bisa eksekusinya tahun depan itu sudah bisa dilaksanakan,” kata Yuliot ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (7/11/2025).

Hal itu dimulai dengan persiapan FS seperti mempersiapkan lahan, perizinan, hingga proses lainnya sampai proyek DME tersebut bisa dieksekusi.

Saat ini, Yuliot menyebutkan Danantara tengah mengkaji proyek DME yang sudah diajukan untuk bisa dibantu pendanaannya oleh Danantara.

“Dari Kementerian ESDM kan sudah menyampaikan pra-FSnya ke Danantara. Jadi kan juga lagi diselesaikan itu bagaimana dari pra-FS yang disiapkan oleh Kementerian ESDM, itu nanti akan dilihat kembali sampai detail FS dievaluasi oleh Danantara,” tambahnya.

Sementara itu CEO Badan Pengelola Investasi Danantara Rosan Roeslani mengatakan proses evaluasi di Danantara akan melihat keseluruhan proyek yang feasible untuk dikerjakan.

Beberapa hal yang yang dilihat terkait dengan kemampuan teknologi, melihat proyek ini sempat gagal dibangun.

“Kita juga memastikan dulu untuk teknologinya, teknologi yang kita utamakan adalah yang up to date juga dan paling efisien lah, karena kan DME ini dulu pernah dicoba jalankan, ya kan? sempat groundbreaking malah, tapi kemudian berhenti,” kata Rosan, usai rapat di Istana Negara terkait hilirisasi, Kamis (6/11/2025).

“Nah hal itu yang kami kalau di Danantara tidak ada, tidak mau ada hal itu terjadi,” tambahnya.

Sehingga menurut Rosan, evaluasi secara menyeluruh ini penting untuk mencapai target yang dicanangkan. Hingga pada akhirnya nanti diputuskan untuk melakukan peletakan batu pertama.

Lebih lanjut, Rosan juga mengatakan tak mempermasalahkan pendanaan, karena Danantara bisa melakukan investasi langsung. Namun terkait berapa nominal investasi yang diperlukan, masih belum bisa dibeberkan.

“Saya nggak ingat angkanya, soalnya ada banyak angka-angkanya,” kata Rosan.

Apa itu DME?

Dikutip dari Kementerian ESDM, Dimetil eter (DME) sebagai bahan bakar adalah suatu senyawa organik dengan rumus kimia CH3OCH3. Senyawa ini dapat dihasilkan dari pengolahan gas bumi, hasil olahan dan hidrokarbon lain yang pemanfaatannya untuk bahan bakar.

Kelebihan lain adalah DME bisa diproduksi dari berbagai sumber energi, termasuk bahan yang dapat diperbarui. Antara lain biomassa, limbah dan Coal Bed Methane (CBM). Namun saat ini, batu bara kalori rendah dinilai sebagai bahan baku yang paling ideal untuk pengembangan DME.

DME memiliki kandungan panas (calorific value) sebesar 7.749 Kcal/Kg, sementara kandungan panas LPG senilai 12.076 Kcal/Kg. Kendati begitu, DME memiliki massa jenis yang lebih tinggi sehingga kalau dalam perbandingan kalori antara DME dengan LPG sekitar 1 berbanding 1,6.

Pemilihan DME untuk subtitusi sumber energi juga mempertimbangkan dampak lingkungan. DME dinilai mudah terurai di udara sehingga tidak merusak ozon dan meminimalisir gas rumah kaca hingga 20%. 

Di samping itu, kualitas nyala api yang dihasilkan DME lebih biru dan stabil, tidak menghasilkan partikulat matter (pm) dan NOx, serta tidak mengandung sulfur.

(*)

Back to top button