Setelah membeli boneka, pemiliknya membawa boneka itu ke seorang biksu yang melakukan doa dan upacara ritual yang dikenal sebagai "plook sek".
Doa semacam itu biasanya digunakan untuk memberkati jimat keberuntungan, yang juga populer di Thailand, di mana kepercayaan kuno tentang sihir masih lazim.
Dalam kasus "luk thep", sering dianggap sebagai cara menghidupkan boneka itu, di mana roh pengembara diundang untuk menghuninya dan memberinya jiwa.
"Putri saya ingin adik dan teman. Di sekolahnya, teman-temannya juga memiliki luk... jadi putri saya ingin memiliki seperti yang dimiliki teman-temannya," kata salah satu pembeli.
Antropolog Asama Mungkornchai dari Universitas Pangeran Songkla di Pattani mengatakan bahwa boneka itu tampaknya sangat populer di kalangan wanita kelas menengah, dan dapat "memenuhi kebutuhan menjadi ibu".
Tetapi juga menjadi masalah bagi kalangan kelas bawah dan menengah yang tak memiliki cukup uang untuk memiliki boneka itu.
Ada beberapa teori berbeda tentang asal usul Luk Thep, dengan beberapa asumsi bahwa Luk Thep adalah versi terbaru dari Kuman Thong.