Tonton Video Langsung Tanpa Membaca Berita
Internasional

Kematian Prajurit Inggris di Ukraina Ungkap Keberadaan Personel Militer London

POJOKNEGERI.COM – Pemerintah Inggris selama ini secara resmi menyatakan bahwa dukungannya terhadap Ukraina dalam konflik dengan Rusia terbatas pada pengiriman persenjataan, bantuan logistik, serta pelatihan militer di luar zona tempur.

London berulang kali menegaskan tidak mengirimkan pasukan tempur ke Ukraina guna menghindari eskalasi langsung dengan Rusia, negara pemilik senjata nuklir.

Namun, kematian seorang prajurit Inggris di Ukraina memicu perhatian luas dan membuka diskusi baru mengenai keterlibatan militer Inggris di negara tersebut.

Kopral George Hully, prajurit berusia 28 tahun dari Resimen Terjun Payung Angkatan Darat Inggris, meninggal dunia dalam sebuah insiden di Ukraina.

Dikonfirmasi Perdana Menteri Inggris

Kematian Hully secara resmi disampaikan oleh Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, yang menyampaikan belasungkawa di hadapan parlemen. Dalam pernyataannya, Starmer menyebut Hully sebagai prajurit yang menunjukkan keberanian dan dedikasi tinggi selama pengabdiannya.

“Seluruh anggota dewan tentu bergabung untuk menyampaikan simpati dan belasungkawa terdalam kepada keluarga Kopral George Hully dari Resimen Terjun Payung, yang wafat di Ukraina,” ujar Starmer dalam pernyataan resminya.

Menurut keterangan pemerintah Inggris, insiden yang menewaskan Hully terjadi jauh dari garis depan pertempuran. Ia mengalami luka fatal dalam sebuah kecelakaan saat mengamati pasukan Ukraina yang sedang menguji sistem pertahanan baru. Pemerintah menegaskan bahwa peristiwa tersebut tidak terjadi dalam kontak langsung dengan pasukan Rusia.

Pernyataan resmi tersebut sekaligus mengonfirmasi keberadaan sejumlah kecil personel militer Inggris di Ukraina. Pemerintah Inggris menekankan bahwa keberadaan tersebut bersifat terbatas dan tidak dalam peran tempur aktif.

Sosok Kopral George Hully

Kopral George Hully sebagai prajurit karier yang bergabung dengan Angkatan Darat Inggris pada November 2015. Ia merupakan anggota Resimen Terjun Payung, salah satu unit infanteri elit Inggris. Dalam perjalanan kariernya, Hully pernah bertugas di sejumlah wilayah operasi, termasuk Afghanistan, Afrika, dan Eropa Timur.

Rekan-rekannya menggambarkan Hully sebagai sosok yang berdedikasi, energik, dan memiliki kemampuan kepemimpinan yang menonjol. Ia bahkan dilaporkan telah dijadwalkan untuk mendapatkan promosi pangkat pada awal 2026.

Laporan media Inggris, termasuk BBC, menyebutkan bahwa insiden tersebut bukan karena tembakan musuh. Media melaporkan bahwa kecelakaan terjadi saat pengujian sistem militer yang melibatkan teknologi drone. Uji coba semacam ini memiliki risiko tinggi karena melibatkan pergerakan perangkat udara tak berawak dalam jarak dekat.

Dalam insiden yang sama, dua personel Ukraina juga meninggal dunia, sementara sejumlah lainnya mengalami luka-luka. Otoritas setempat belum merinci secara detail kronologi teknis kejadian tersebut.

Kematian Hully menempatkan pemerintah Inggris dalam sorotan internasional. Selama ini, London berhati-hati dalam menyampaikan keterlibatannya di Ukraina dan lebih menekankan peran bantuan tidak langsung. Pengakuan mengenai keberadaan personel Inggris, meski dalam jumlah terbatas, sebagai konfirmasi resmi atas peran yang selama ini jarang tersampaikan secara terbuka.

Tanggapan Rusia

Di sisi lain, Rusia menanggapi isu keterlibatan negara-negara Barat dengan pernyataan tegas. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, dalam sejumlah pernyataan publik sebelumnya, menegaskan bahwa Moskow tidak memiliki niat untuk berperang dengan negara-negara Eropa atau NATO. Namun, ia juga menyatakan bahwa pengerahan pasukan asing di Ukraina akan sebagai tindakan bermusuhan.

Lavrov menekankan bahwa Rusia akan merespons setiap langkah sebagai eskalasi langsung, termasuk kehadiran kontingen militer negara-negara Barat di Ukraina atau penggunaan aset Rusia.

Dalam pernyataannya, Lavrov juga menyebut bahwa Rusia hanya akan mempertimbangkan penyelesaian konflik melalui kesepakatan yang menurut Moskow mampu mengatasi akar permasalahan perang. Ia menilai solusi sementara atau gencatan senjata tanpa penyelesaian menyeluruh tidak akan menghasilkan perdamaian jangka panjang.

Rusia juga berulang kali menuduh negara-negara Eropa mendorong Ukraina untuk terus melanjutkan perang, meski konflik tersebut menimbulkan korban besar. Klaim ini dibantah oleh negara-negara Barat yang menyatakan bahwa dukungan mereka ditujukan untuk mempertahankan kedaulatan Ukraina.

Kematian Kopral George Hully menjadi pengingat bahwa perang di Ukraina memiliki dampak luas yang melibatkan berbagai negara, meski tidak selalu dalam bentuk keterlibatan tempur langsung. Insiden ini juga memperlihatkan kompleksitas peran negara-negara pendukung Ukraina di tengah upaya menjaga keseimbangan antara bantuan dan risiko eskalasi global.

Hingga kini, pemerintah Inggris belum mengumumkan perubahan kebijakan terkait dukungan militernya kepada Ukraina. London menegaskan akan terus memberikan bantuan sesuai komitmen internasionalnya, sambil tetap menghindari keterlibatan langsung dalam pertempuran.

(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button