POJOKNEGERI.COM - Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso, mengatakan Indonesia memainkan peran yang sangat besar dalam rantai pasok nikel dunia, yang diprediksi akan mencakup hingga 75% dari total pasokan global.
Hal ini menunjukkan betapa strategis dan signifikan kontribusi Indonesia dalam pengembangan nikel, khususnya sebagai bahan baku untuk baterai kendaraan listrik (EV) di masa depan.
"Kami sampaikan bahwa peran Indonesia dalam supply chain nickel itu sangat besar di dunia itu akan mencapai 75%. Artinya, peran Indonesia sangat strategis dan signifikan dalam pengembangan nikel sebagai bahan baku untuk battery electric vehicle ke depannya," kata Hendi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DRP RI, beberapa waktu lalu
Adapun dalam lima tahun ke depan, Indonesia berencana untuk memperkuat pengembangan bahan baku untuk material baterai EV.
Salah satunya adalah mengolah limonit hasil pertambangan nikel menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Proses ini kemudian dilanjutkan dengan pencampuran bahan lain untuk menghasilkan precursor, katoda, dan akhirnya sel baterai, yang semuanya akan mendukung produksi baterai EV secara lebih efisien dan berkelanjutan.
"Dalam waktu ke depan ini selama 5 tahun ke depan kita akan mengembangkan bahan baku untuk EV battery material. Artinya kita akan membuat battery chemical dari produk limonit hasil pertambangan nikel," ujarnya.
Terlibat dalam Pembuatan Produk Akhir
Lebih lanjut Hendi menyampaikan, melalui hilirisasi, MIND ID berupaya mengolah nikel menjadi bahan baku yang diperlukan untuk pembuatan baterai kendaraan listrik, seperti bahan kimia baterai dan precursor yang digunakan untuk membuat katoda, baterai sel, hingga akhirnya menjadi baterai listrik itu sendiri.
Kata Hendi, hilirisasi di sini tidak dimaksudkan untuk terlibat dalam pembuatan produk akhir, tetapi lebih kepada pemrosesan bahan mentah hasil pertambangan menjadi bahan baku yang siap untuk industri.
Sebagai contoh, di sektor tembaga, MIND ID memproduksi katoda tembaga yang menjadi bahan baku untuk berbagai industri manufaktur. Selain itu, di sektor bauksit, perusahaan ini mengolah bauksit menjadi alumina, yang kemudian digunakan dalam proses pembuatan aluminium di smelter.
"Kalau di masa lalu sebelum ada program hilirisasi kami hanya mengeksplor bahan mentah yang langsung ditambang. Tapi sesudah periode hilirisasi kami masuk ke kegiatan mengolah bahan mentah hasil pertambangan tadi menjadi bahan baku untuk industri," pungkasnya.
(*)