Muktamar NU kali ini memang satu tarikan napas dengan kepentingan pilpres 2024 mendatang, sehingga banyak pihak yang menyorot bahkan sangat concern “menggoreng” ini.
Semisal, perhelatan Muktamar ini ada yang mengait-kaitkan dengan perebutan kekuasaan di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), partai yang dilahirkan oleh NU.
Meski secara tidak langsung premis-premis itu masih sebatas dugaan/asumsi, namun bisa jadi ada benarnya. Belum lagi kepentingan partai politik lainnya terhadap NU. Mengingat begitu banyaknya kader NU berkiprah di partai lain selain PKB.
Agak disayangkan, sempat muncul berita dari salah seorang kader GP Ansor yang langsung menyuarakan agar KH Said Aqil Siroj untuk tidak lagi maju sebagai kandidat ketua umum, dengan alasan regenerasi.
Meskipun pandangan ini positif dan punya niat baik, akan tetapi rasanya kurang pas, alasannya karena GP Ansor adalah salah satu badan otonom NU dan sebagai awam, berita tersebut terlihat sekali kepentingannya mendukung figur KH Yahya Staquf, karena semua orang tahu Ketua Umum PP GP Ansor, Yaqut Kholil Qoumas (Gus Yaqut) adalah saudara kandung Kyai Yahya. Seorang karib saya mengatakan, Kyai Yahya, memiliki pandangan visioner dan di luar mainstream.
Belum lagi rumor yang berkembang, tentang Kyai Said yang didorong maju sebagai capres/cawapres 2024 mendatang, bahkan kabarnya sudah dibentuk tim. Ini juga satu hal “kegenitan” yang justru mendegradasi figuritas Kyai Said, tanpa disadari.
Yang lebih tragis, ketika media mem-framing pernyataan Kyai Said tentang kemerdekaan Palestina, lantas dikaitkan sebagai bentuk sindiran terhadap Kyai Yahya yang pernah melakukan kunjungan ke Vatikan dan Israel. Padahal bisa saja kehadiran Kyai Yahya juga ikut menyuarakan tentang kemerdekaan Palestina.
Jangan sampai gak sadar sebenarnya membelah