"Dalam langkah-langkah pengendalian vektor, termasuk di Bontang, di mana nyamuk Wolbachia dikawinkan dengan nyamuk DBD untuk menghasilkan keturunan yang kebal terhadap virus. Upaya ini telah berhasil menurunkan angka kesakitan DBD di beberapa daerah, seperti Yogyakarta dan Denpasar,"jelasnya.
Pentingnya pencegahan DBD ditekankan oleh Jaya, menyebutkan bahwa angka kesakitan dan kematian akibat DBD di Kalimantan Timur masih tinggi. Pada tahun 2023, terdapat 5.616 kasus DBD, dengan jumlah tertinggi di Kutai Kartanegara, diikuti Balikpapan dan Samarinda. Jaya berharap untuk menurunkan angka kesakitan minimal menjadi 10 per 100.000 penduduk.
"Meskipun terjadi penurunan dalam kasus kematian akibat DBD dari 0,66 persen menjadi 0,44 persen pada tahun 2023, Dinkes Kaltim tetap berupaya melakukan inovasi dalam pencegahan dan penanggulangan DBD. Inisiatif vaksinasi massal dan pengendalian vektor menjadi langkah proaktif untuk memitigasi dampak DBD di Kalimantan Timur,"pungkasnya.
(Tim redaksi)