Apakah kedua partai pengusung tersebut bakal mengundurkan diri dari koalisi pendukung Prabowo?
Diyakini, itu tidak bakal terjadi karena waktu untuk mencari koalisi baru sudah hampir habis.
Memulai sesuatu yang baru amat pelik karena butuh waktu panjang untuk saling menyesuaikan.
Lagi pula, bila kedua partai tersebut keluar dari koalisi, Prabowo Subianto tetap bisa maju menjadi calon karena koalisi Partai Gerindra bersama Partai Demokrat, batas minimum perolehan partai untuk mencalonkan presiden/wakil presiden, tetap terpenuhi.
Malah, sebelum Prabowo mencanangkan koalisi dengan PKB, nama Khofifah mendampingi Prabowo sudah berhembus kencang.
Hanya ketika itu, Khofifah belum berani menyatakan setuju, karena pengaruh kekuasaan atas dirinya, masih sangat dominan.
Kali ini, duet Prabowo-Khofifah, ibarat cinta lama bersemi kembali.
Bagaimana bila Khofifah tiba-tiba diminati juga oleh Ganjar Pranowo?
Isu ini mulai berhembus juga.
Nah, ini sepenuhnya tergantung pada Khofifah.
Yang pasti, dalam pemilihan umum presiden/wakil presiden kali ini, harga kader-kader NU meroket tinggi.
Permintaan pasar datang silih berganti, susul menyusul, tanpa henti.
Ini semua karena posisi NU secara geografis, berpusat di Jawa Timur, yang memiliki populasi terbesar kedua di republik kita.
Para calon mungkin berprinsip: sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. (redaksi)