Rata-rata orang Eropa datang hanya untuk berdagang.
Mereka umumnya datang ke bagian kepala (sekarang Papua Barat) yang saat itu masih dikuasai oleh Kesultanan Ternate-Tidore.
Ketika kantor dagang Belanda VOC berkuasa, kekuasaannya juga sampai di Pulau Papua.
Belanda baru mengklaim Pulau Papua sebagai tanah jajahannya sejak 24 Agustus 1828.
Untuk menguatkan pertahanan sekaligus simbol kekuasaannya, Belanda mendirikan benteng Fort Du Bus di Teluk Triton yang sekarang masuk Kabupaten Kaimana, Papua Barat.
Belanda kemudian menyatakan wilayah tersebut dengan nama Dutch New Guinea.
Selanjutnya pada tahun 1884, giliran Kekaisaran Jerman mengklaim bagian timur Pulau Papua.
Kekaisaran Jerman menamakan daerah koloninya itu sebagai Deutsch New Guinea.
Tidak mau kalah dengan Belanda dan Jerman, Inggris juga mendeklarasikan kekuasaannya di pantai selatan Pulau Papua dengan nama British New Guinea empat tahun kemudian.
Mengenai garis perbatasan yang melengkung itu, semuanya terkait dengan keberadaan Inggris dan Belanda selama berabad-abad di Pulau Papua.
Menurut yang diceritakan kanal YouTube Mr Frestea, awalnya garis perbatasan itu memang lurus.
Namun pada satu waktu, terjadi kasus mengerikan di bagian selatan atau area bawah jika dilihat di peta.
Kasus tersebut adalah praktik headhunting atau perburuan kepala oleh orang-orang suku pedalaman.