POJOKNEGERI.COM - Pakar hukum tata negara, Refly Harun mengatakan, sikap PDI Perjuangan yang belum secara tegas menyatakan memilih jalur oposisi dinilai karena didasari pertimbangan tersendiri.
Yakni menanti renggangnya hubungan antara Presiden Joko Widodo dengan presiden terpilih Prabowo Subianto.
Sebab menurut Refly, selama ini Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri tidak punya persoalan dengan Prabowo yang juga merupakan Ketua Umum Partai Gerindra.
"PDI-P sedang menunggu berakhirnya kemesraan Jokowi dan Prabowo. Begitu berakhir masuk dia (PDI-P). Sekarang pertanyaannya, yang paling ditakutkan Jokowi adalah enggak ada lagi orang mau mendengar dia, apalagi setelah lengser," ujar Refly Harun.
Sisa masa pemerintahan Jokowi yang kurang dari enam bulan juga menjadi pertimbangan.
Karena meski Jokowi masih memimpin, presiden terpilih yang akan dilantik sudah ada, yakni Prabowo.
Lebih lanjut, Refly Harun menduga, internal PDI Perjuangan saat ini tidak solid.
Disinyalir, terjadi perbedaan sikap antara Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dengan putrinya yang juga menjabat sebagai Ketua DPP PDI-P Puan Maharani, juga Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto.
“Nah, dari situ kita enggak jelas, PDI-P dan Megawati not a single message anymore. Jadi kalau dulu PDI-P itu single message, apa yang dikatakan Megawati itulah sikap PDI-P, sekarang enggak lagi," ungkapnya.
Adapun Megawati sempat mengirimkan amicus curae atau pernyataan sikap sebagai sahabat peradilan sebelum MK mengetuk palu putusan atas sengketa hasil Pilpres 2024 beberapa waktu lalu.
Sementara, Puan sempat mengikuti acara buka bersama di kediaman Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani, saat bulan Ramadhan kemarin.
Bagi Refly, perbedaan sikap kedua elite menjadi salah satu alasan mengapa kini PDI-P terkesan tidak tegas, utamanya menyikapi pemerintahan ke depan.
Menurutnya, tidak solidnya sikap politik Megawati dan Puan juga menjadi penyebab gagalnya hak angket untuk menyelidiki dugaan kecurangan Pemilu 2024 bergulir di DPR.
Sebagaimana diketahui, sampai saat ini, PDI-P masih bergeming soal arah politik ke depan.
Belum diketahui apakah partai banteng akan merapat ke kubu Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, atau menjadi oposisi.
Pada Pemilu Presiden 2024, PDI-P berbeda gerbong politik dengan Prabowo-Gibran.
Bersama Partai Persatuan Pembangunan, keduanya mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
Sementara, sampai saat ini pun Prabowo belum mendatangi PDI-P.
Partai lain yang juga belum disambangi Prabowo yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Usai ditetapkan sebagai presiden terpilih RI 2024-2029, Prabowo telah mendatangi elite Partai Nasdem dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Dari kunjungan itu, Nasdem dan PKB mengumumkan manuvernya.
Kedua partai yang semula mengusung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar pada Pilpres 2024 itu menyatakan siap bergabung ke pemerintahan ke depan. (*)