POJOKNEGERI.COM - Ketua DPP PDIP sekaligus Dewan Penasihat Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Puan Maharani mengatakan pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap sejumlah narasi kritik Ganjar Pranowo ke pemerintah dalam beberapa waktu terakhir.
Pernyataan itu disampaikan Puan terutama merespons penurunan elektabilitas Ganjar pada sejumlah hasil survei terbaru hari ini.
"Ini akan menjadi evaluasi bagi kami PDIP untuk bisa melihat secara baik dan secara jelas, apakah kemudian hal itu memang harus dievaluasi atau tidak. Artinya terkait dengan substansi yang akan disampaikan Pak Ganjar," ucap Puan Maharani, dikutip dari detik.com.
Puan mengatakan kritik-kritik yang dilontarkan tersebut murni atas inisiatif Ganjar mengenai sebuah isu yang harus disampaikan.
Ketua DPR itu menyatakan selama ini kritik bukan hanya disampaikan Ganjar.
Menurutnya, PDIP juga kerap melontarkan kritik kepada pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ganjar dalam beberapa waktu terakhir kerap melontarkan kritik keras kepada pemerintahan Presiden Jokowi.
Terakhir, ia memberi nilai jeblok buat penegakan hukum era Jokowi imbas putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal usia capres-cawapres.
Capres nomor urut tiga ini memberikan nilai 5 dari skala penilaian 1 hingga 10 setelah menjawab dari pemantik dialog Zainal Arifin Muchtar dari UGM tentang berapa rapor pemerintah Joko Widodo dalam bidang hukum
"Dengan adanya kasus di MK nilainya jeblok. Karena dengan kejadian itu, persepsi publik hari ini jadi berbeda, yang kemarin kelihatan tegas, hari ini dengan kejadian-kejadian terakhir jadi tidak demikian. Maka niainya jeblok," ujar Ganjar Pranowo.
Sejumlah hasil survei mencatat penurunan elektabilitas Ganjar.
Dalam survei terakhir Populi, IPO, hingga LSI Denny JA, elektabilitas Ganjar kini mulai ditempel ketat pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin)
Bahkan, dalam survei IPO, Ganjar-Mahfud yang kerap di posisi kedua sudah disalip AMIN.
Prabowo Subianto 37,5 persen, disusul Anies Baswedan 32,7 persen, dan Ganjar Pranowo 28,3 persen.
Di sisi lain, Pembicara LSI Denny JA Adjie Al Faraby menganalisis lebih lanjut terkait elektabilitas Ganjar Pranowo-Mahfud Md.
Dia menyebut salah satu alasan yang membuat elektabilitas Ganjar-Mahfud turun yakni serangan ke Presiden Joko Widodo.
"Blunder kubu Ganjar atau PDIP, Jokowi semakin diserang justru pendukung Jokowi semakin banyak pergi dari pasangan Ganjar-Mahfud. Ketika kita coba buat breakdown dari simulasi 3 paslon, lalu kita coba buat simulasi breakdown pemilih puas dan kurang puas, pilihan atau dukungan pemilih yang puas terhadap kinerja Jokowi ke pasangan Ganjar-Mahfud justru mengalami penurunan," jelas Pembicara LSI Denny JA Adjie Al Faraby.
Adjie mengatakan serangan kubu Ganjar Pranowo kepada Jokowi justru menyebabkan 7,5% pendukung Jokowi meninggalkan Ganjar.
Dia menyebut pendukung Jokowi justru berbalik badan dari Ganjar ketika diserang.
Di Oktober di angka 39,4%, di November 2023 turun di angka 31,9%.
Jadi ada blunder yang dilakukan kubu Ganjar, karena semakin menyerang Jokowi, ternyata justru dukunganya di pemilih yang puas terhadap Jokowi justru mengalami penurunan.
Kemudian, Adjie menyebut basis pemilih Ganjar di Jawa Tengah direbut oleh Gibran.
Dia membandingkan elektabilitas Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud di Jawa Tengah sebelum penetapan Gibran.
Basis Ganjar di Jawa Tengah semakin direbut oleh Gibran, Prabowo-Gibran pada Oktober 2023 angkanya 10,7%, kemudian mengalami kenaikan di angka 24,6%.
Sementara Ganjar-Mahfud di Oktober 2023 di angka 70,1%, justru mengalami penurunan di angka 61,8%.
Adjie membeberkan alasan lainnya yakni kinerja Ganjar Pranowo selama 10 tahun di Jawa Tengah.
Menurutnya, isu Jawa Tengah provinsi termiskin kedua di Indonesia berdampak pada Ganjar.
Lebih lanjut, Adjie membeberkan narasi Ganjar petugas partai masih tetap menggerus suara Ganjar.
Dia menilai narasi yang disematkan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri kepada Ganjar ini justru kontraproduktif.
"Kata petugas partai ini jadi kritik, jadi kampanye lawan untuk serang Pak Ganjar, karena petugas partai jsutru memberikan efek negatif kepada Pak Ganjar. Publik meragukan leadership Pak Ganjar dipertanyakan karena Pak Ganjar dianggap tak mampu ambil keputusan sendiri, karena harus terus konsultasi oleh Ibu Mega sebagai ketum atau pemilik partai," pungkasnya. (redaksi)