POJOKNEGERI.COM - Apa itu Air Over Hydraulic, Jenis Rem yang Ada pada Truk Kecelakaan Maut Rapak Balikpapan.
Penjelasan datang dari Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terkait kecelakaan maut Rapak Balikpapan.
KNKT mengungkap dugaan pelanggaran yang berbuntut kecelakaan dengan total 4 korban jiwa pada Jumat (21/1/2022) lalu itu.
Salah satunya adalah truk tronton yang menambah panjang sumbu roda hingga 20-25 cm.
"Axel atau sumbu rodanya juga ditambah satu, sehingga menjadi 3 sumbu roda," kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Dirjen Hubda Kemenhub) Budi Setiyadi di Balikpapan, Minggu (23/1) dikutip dari Antara.
Truk juga menggunakan sistem rem Air Over Hydraulic (AOH) atau sistem rem dengan penggunaan angin dan minyak rem sekaligus.
Lantas apa itu Air Over Hydraulic?
Dihimpun dari beberapa sumber, Air Over Hydraulic merupakan jenis rem kombinasi antara rem hidrolik dengan rem udara bertekanan.
Kombinasi tersebut diatur oleh sistem yang disebut pneumatic. Secara singkat, cara kerja sistem rem AOH adalah dengan mengoperasikan pedal rem yang bertugas membuka dan menutup katup udara bertekanan, serta mengatur aliran udara bertekanan dari tangki udara (air tangki).
Kemudian udara bertekanan tersebut mendorong fluida (minyak rem) yang kemudian menekan brake shoe ke tromol dan brake pads ke cakram. Sederhananya, yang mengatur sistem rem adalah sistem angin bertekanan tinggi, sedangkan pengereman tetaplah sistem hidrolik.
Kelebihan rem jenis ini terletak pada kinerjanya yang lebih baik dibandingkan rem hidrolik. Bisa dibilang secara keamanan jenis rem AOH berada satu tingkat diatas jenis rem hidrolik.
Namun tetap saja memiliki kekurangan, yakni jika sistem hidrolik mengalami kebocoran dapat menyebabkan rem blong.
Secara umum, sistem rem AOH digunakan pada bus dan truk kelas medium (kategori berat 10-24 ton) yang biasanya berdinas dalam kota atau antar kota dalam jarak relatif dekat. Contohnya adalah bus Hino FC dan truk Hino FC 190 J.
Namun pada bus dan truk kelas medium yang bertugas untuk jarak jauh atau AKAP, sudah banyak yang beralih pada sistem rem full air (FAB) karena memiliki aspek keselamatan yang lebih tinggi.
Pemilihan sistem rem AOH berdasarkan fakor sistem rem hidraulik yang relatif lebih mudah dirawat tetapi memiliki kinerja pengereman yang lebih baik dibanding sistem rem hidraulik standar. Alhasil kemampuan pengereman lebih seimbang dengan beban muatan yang dibawa oleh bus dan truk.
Tetapi mengandalkan sistem rem hidraulik sebagai bagian utama dalam sistem rem tentunya tidak lepas dari kelemahan mendasar sistem rem hidraulik (blong, macet, dan panas) yang wajib menjadi perhatian khusus.
Kasus rem blong rentang pada turunan
Beberapa kasus rem blong mencatat, tekanan yang berlebih pada minyak bisa membuat titik didih minyak meningkat tinggi.
Dampaknya, minyak rem kehilangan kemapuan untuk menekan. Terlebih jika bobot kendaraan melebih kapasitas dan kemampuan daya cengkram rem.
“Kenapa ditinggalkan sistem rem air over hydraulic? Di negara maju dan pabrikan truk Eropa sudah tak pernah air over hydraulic. Sebab sudah dianggap tidak aman, sistem ini akan aman kalau pengguna kendaraan bisa mengontrol tekanan angin,” kata Hartono Gani, Pengamat Transportasi sekaligus Founder Gemala Group dikutip dari truckmagz.com
Pengamatannya, banyak kasus truk rem blong terjadi hanya pada saat turunan, tidak pernah terjadi saat tanjakan.
Sebab saat tanjakan pengemudi cenderung menginjak pedal gas terus – menerus. Sebaliknya, saat melewati jalan menurun pengemudi menginjak rem terus membuat kompresor kehabisan angin, sehingga rem blong.
“Kalau menggunakan full air brake system, ketika tekanan udara habis secara otomatis roda akan terkunci.,”.
Sistem ini seluruh pengereman mengandalkan udara bertekanan untuk mendorong kampas rem.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
(redaksi)