Di tiap universitas umumnya hanya terdapat sekitar 10% mahasiswa internasional di sebagian besar universitas top ini. Sehingga, berdasarkan data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa peluang pelajar Asia Tenggara termasuk Indonesia cukup kecil.
“Untuk mengantisipasi tingginya tekanan dan ketatnya persaingan dalam proses seleksi, calon mahasiswa perlu mempersiapkan diri semaksimal mungkin, jauh sebelum waktu pendaftaran dibuka untuk memanfaatkan peluang yang semakin kecil ini. Crimson Education adalah perusahaan pendukung penerimaan di dunia yang memandu siswa melalui setiap aspek strategi aplikasi AS dan/atau Inggris — termasuk mengidentifikasi universitas yang paling sesuai, dukungan pembuatan esai pribadi yang menarik, bimbingan mengikuti SAT/ACT dan bimbingan tes standar lainnya, bimbingan pemilihan pengayaan akademik yang tepat sehingga profil calon mahasiswa lebih menarik, dan persiapan wawancara,” papar Vanya Sunanto.
Mungkin terdengar cukup sulit untuk memenuhi persyaratan tersebut, namun bukan tidak mungkin pelajar-pelajar Indonesia mendapatkan tempat di kampus-kampus bergengsi ini.
Banyak pelajar Indonesia yang cukup kompeten dalam bidang akademis. Dengan arahan dan bimbingan yang tepat sebelum mendaftar, peluang diterima terbuka lebar. Yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan diri menghadapi proses seleksi yang sangat ketat, tidak hanya beberapa bulan sebelum seleksi dan pendaftaran saja.
Untuk peluang terbaik, persiapan masuk kampus-kampus bergengsi di AS dan Inggris sebaiknya dimulai sejak calon mahasiswa duduk di kelas 9 (tahun terakhir SMP).
Sebenarnya mengapa persiapan masuk universitas-universitas unggulan di AS dan Inggris ini membutuhkan waktu yang cukup panjang?
Berbicara di hadapan para orang tua dari calon mahasiswa di Asia Tenggara, Benjamin Schwartz, mantan tim seleksi penerimaan mahasiswa di Dartmouth College salah satu universitas Ivy League di AS menjelaskan bahwa tidak cukup mengandalkan nilai akademis untuk menembus ketatnya persaingan memasuki universitas unggulan di AS.
“Nilai akademis (SAT, ACT dan transkrip akademis) hanya menentukan 40% dari total penilaian dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru, selebihnya, 30% penilaian terhadap kegiatan pengayaan akademik dan kepemimpinan dan 30% lainnya dari hasil esai dan wawancara dengan kandidat. Jadi, mereka yang hanya mengandalkan nilai akademis selama sekolah tentu sangat kecil kemungkinannya untuk diterima,” papar Benjamin Schwartz.
Hal senada juga diungkapkan Hannah Rowberry, mantan tim seleksi penerimaan mahasiswa di Oxford University.
“Meskipun berbeda dalam penentuan bobotnya, namun seleksi penerimaan di Inggris juga menggunakan pendekatan yang komprehensif dengan bobot 75% untuk akademis, 15% untuk pengayaan akademik, kepemimpinan dan inovasi, serta 10% untuk aplikasi, esai dan wawancara. Dengan formula semacam ini,sangat penting para calon mahasiswa mempersiapkan dirinya sejak jauh-jauh hari,” jelas Hannah Rowberry.
Di sinilah peran Crimson Education sebagai sebuah institusi untuk membantu para pelajar mempersiapkan diri agar diterima di universitas-universitas impian mereka.
“Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh Crimson Education untuk meningkatkan keberhasilan calon mahasiswa. Pertama, kami akan menyiapkan calon mahasiswa dengan berbagai program yang telah didesain untuk diikuti sejak setidaknya 3 tahun sebelum proses pendaftaran,"
"Dengan mengikuti program yang dirancang Crimson Education sejak akhir kelas 9 (3 tahun sebelum pendaftaran Universitas), calon mahasiswa akan dibantu untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai mereka, memberikan rekomendasi dan saran universitas yang tersedia berdasarkan kecocokan minat dan bakat, membantu merencanakan alokasi biaya pendidikan, dan mendorong calon mahasiswa agar terlibat aktif di dalam kegiatan pengayaan akademik,” papar Vanya Sunanto.
Selanjutnya Crimson Education akan membimbing calon mahasiswa mempersiapkan diri secara optimal, merencanakan proyek individual, mendorong mereka merasakan dunia kerja untuk meningkatkan skill kepemimpinan dan meningkatkan pencapaiannya, mencapai angka yang diharapkan untuk masuk ke universitas Ivy League.
Crimson juga akan membantu calon mahasiswa menulis UCAS, atau esai umum lainnya, mengerjakan esai tambahan yang diperlukan untuk perguruan tinggi tempat calon mahasiswa mendaftar, memperbaharui CV (Curriculum Vitae) sesuai standar dan membantu calon mahasiswa memeriksa segala persiapan dan kelengkapan yang dibutuhkan 1 bulan sebelum pendaftaran.
Hingga kini, Crimson Education telah berhasil membuktikan kinerja mereka sebagai konsultan pendidikan negeri bertaraf internasional yang profesional dan terpercaya karena telah membantu 494 calon mahasiswa masuk ke Universitas Ivy League, 166 calon mahasiswa ke Oxford dan Cambridge, lebih dari 3000 calon mahasiswa ke universitas top 50 di AS, dan lebih dari 1500 calon mahasiswa ke universitas top 10 di Inggris.
Dari Indonesia sendiri, telah lebih dari 50 orang mahasiswa diterima di universitas-universitas Ivy League, atau universitas top lainnya seperti UC Berkeley, MIT, University College London, dan kampus-kampus bergengsi lainnya.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS