"Kenaikan harga telur ini juga mempengaruhi keuntungan penjualan kami. Kalau telur naik turun, dan pasti berpengaruh terhadap penjualan. Misal biasa kita untung Rp1.000-Rp2.000, sekarang hanya Rp500 rupiah saja," tambahnya.
Ia berharap agar harga telur bisa kembali stabil, Winda biasanya mendatangkan sekitar 180 - 200 ikat telur sebagai stok selama bulan Ramadhan atau hari biasa.
"Seminggu sekali biasanya datang. Mudah-mudahan harga telur bisa kembali stabil, dan banyak pembelinya di Bulan Ramadan ini," pungkasnya.
Winda menjelaskan bahwa telur ayam ras yang dijualnya dipasok dari Surabaya, Jawa Timur, karena harganya lebih terjangkau dibandingkan produksi lokal di Samarinda.
"Kalau dari Surabaya itu Rp55 - Rp58 ribu per piringnya. Tapi kalau lokal sudah Rp58-Rp60 ribuan," pungkasnya.
(*)