POJOKNEGERI.COM - Keadaan ekosistem mangrove di sepanjang pesisir pantai Indonesia sangat memprihatinkan termasuk di kawasan delta mahakam dan kawasan Ibu Kota Nusantara.
Padahal mangrove memiliki potensi besar untuk menjaga fungsi ekosistem mangrove sebagai penghasil oksigen (O2) dan penyerap gas karbondioksida serta sebagai pencegah abrasi.
Sebagian besar kerusakan ekosistem mangrove diakibatkan oleh pembukaan tambak, aktivitas penebangan liar, perusahaan pertambangan dan perkebunan serta eksploitasi ekosistem mangrove yang berdampak negatif permanen bagi lingkungan berkelanjutan.
Mengingat pentingnya ekosistem mangrove bagi kelangsungan lingkungan hidup, maka program rehabilitasi mangrove sangat penting dilakukan untuk menjaga dan melestarikan ekosistem mangrove bagi lingkungan yang berkelanjutan.
Berangkat dari hal ini maka Program Restorasi dan Rehabilitasi Mangrove sangat penting untuk dilakukan. Berkaitan itu, Tim Kedaireka Universitas Mulawarman bekerjsa sama dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) RI mencoba melakukan terobosan restorasi ekosistem mangrove melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat desa dengan 4 pendekatan.
Pertama, yakni melalui riset dan pemataan potensi dan ketepatan pemanfataan lahan
Kedua, adanya pemberdayaan masyarakat melalui pendapingan masyarakat dalam mengelola tambak dengan sistem smart silvofishery, penguatan UMKM pengolahan produk mangrove dan ikan, serta mendampingi masyarakat mengembangkan produk olahan menjadi produk unggulan desa.
Ketiga, penguatan pemahaman dan kecintaan para pemuda desa terkait pengelolaan ekosistem mangrove.
Terakhir yakni, penguatan pranata hukum desa dalam desa mandiri peduli mangrove.
Hal itu pun jadi bahan sosialisasi KOPI KEDAIREKA dengan bertemakan “Scaling Up Pengelolaan Ekosistem Mangrove Melalui Smart Silvofishery dan Pranata Hukum Desa di Delta Mahakam dan Kawasan Ibu Kota Negara” yang digelar Kamis lalu di Aula Lantai 3 Fakultas Hukum Universitas Mulawarman.
"Salah satu Inisiatif pengembangan potensi pesisir dilakukan dengan budidaya tambak ramah lingkungan (smart silvofishery) yang memadukan fungsi secara ekologi dan ekonomi,"
"Budidaya tambak ramah lingkungan juga mengurangi penggunaan bahan baku produksi yang merusak lingkungan dan membahayakan keselamatan, kualitas hasil tambak dan kesehatan konsumen dari produk yang dihasilkan digunakan secara berkelanjutan," ujar Najidah, Dosen Universitas Mulawarman yang juga menjadi narahubung agenda sosialisasi itu, Senin (19/9/2022).
Dijelaskannya, Universitas Mulawarman berperan dalam meningkatkan skill penguasaan teknologi masyarakat pembudidaya dalam mengelola tambak yang ramah lingkungan (smart silvofishery).
Selain itu juga sebagai pendampingan pengembangan usaha perikanan sehingga berpeluang menjadi bisnis yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pendampingan terhadap produk-produk UMKM menjadi produk unggulan desa yang bernilai ekonomi tinggi. Terakhir, pendampingan dalam penjaminan secara hukum kegiatan yang dilakukan dn produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakt desa.
Hal ini telah dilakukan melalui kegiatan Kopi-kedaireka yang merupakan kerjasama antara Universitas Mulawarman dan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) RI.
"Kegiatan ini telah berlangsung sejak tahun 2021 untuk tahun ini dilakukan program lanjutan dengan judul “Scaling Up Pengelolaan Ekosistem Mangrove Melalui Smart Silvofishery dan Pranata Hukum Desa di Delta Mahakam dan Kawasan Ibu Kota Negara”," tutup Najidah.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
(redaksi)