PKS sempat mengajukan kadernya yang juga mantan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, sebagai kandidat bakal cawapres Anies.
Sedangkan Partai Demokrat menyodorkan sang Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai calon bakal cawapres Anies.
PKS kemudian terlihat tidak terlampau ngotot jika Anies tak dilirik oleh Anies untuk dijadikan bakal cawapres.
Namun, sikap berbeda diperlihatkan Partai Demokrat.
Demokrat seolah tetap berupaya keras mendorong supaya Anies menggandeng AHY sebagai bakal cawapres.
Sikap Demokrat yang tetap menginginkan AHY dipilih menjadi bakal cawapres semakin terlihat setelah mereka mendesak Anies untuk mempercepat pengumuman calon pendampingnya.
Bahkan partai berlambang bintang Mercy itu mengusulkan memberikan tenggat bagi Anies supaya mendeklarasikan bakal cawapres pada Juni ini.
Desakan itu disampaikan setelah pemaparan hasil survei terbaru Indikator Politik Indonesia terkait elektabilitas Anies serta 2 tokoh calon pesaingnya, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Berdasarkan temuan Indikator Politik Indonesia, elektabilitas Anies sebagai bakal capres turun sejak Juli 2022.
Dalam simulasi tiga nama yang dilakukan Indikator, elektabilitas Anies secara berturut-turut, yakni 29,4 persen pada Juli 2022.
Lalu, pada Oktober 2022 jadi 28,4 persen.
Kemudian, turun lagi pada Januari 2023 jadi 24,2 persen.
Pada Februari 2023 menjadi 24 persen, dan April 2023 jadi 22,2 persen.