Benar kata Aristoteles (384-322 SM) bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Artinya manusia membutuhkan manusia lainnya. Berkumpul dan berhimpun merupakan cara manusia bertahan hidup.
POJOKNEGERI.COM - Saat ini kedai kopi ambil bagian penting dalam pelaksanaan keberlangsungan manusia.
Ia bukan hanya menjadi wadah untuk menghilangkan haus apalagi kantuk.
Kedai kopi kembali menjelma jadi tempat manusia melakukan rutinitas tradisinya.
Berkumpul. Bertutur. Berbagi. Bertukar. Bergerak!
Bila menilik jauh ke belakang, di Indonesia tradisi minum kopi alias ngopi jadi platform orang-orang berkumpul dan salin sejak dulu.
Berdiskusi atau bercengkerama sambil ngopi merupakan budaya kultural Indonesia.
Indonesia lekat dengan budaya tutur. Kisah-kisah setia jadi warisan yang dituturkan. Anak-cucu jadi pendengar yang baik, lucu, cantik dan tampan.
Tampak nenek moyang Indonesia memang lebih senang mendongeng daripada menulis. Bila menulis merupakan aktifitas individual.
Lain hal dengan bertutur, tak sendiri jadi syarat wajib. Setidaknya seseorang memerlukan orang lainnya.
Hampir semua daerah di Indonesia, minum kopi jadi bagian tradisi. Sebut saja di Bajawa, Flores, Nusa Tenggara Timur, di sana ada pesta penti yang biasanya digelar pada Agustus dan September.
Pesta itu adalah sebuah wujud rasa syukur atas melimpahnya hasil panen. Semua warga desa berkumpul, makan, menari (adat), dan minum kopi bersama.
Jangan salah! tradisi ngopi juga jadi bagian kultural masyarakat dunia, seperti Swedia, ada tradisi minum kopi yang disebut fika. Fika adalah jeda istirahat untuk minum kopi.
Pada saat itu, para pekerja di sana mendapat kesempatan untuk mengobrol dan mengudap kue-kue manis.
Pada umumnya, kedai-kedai kopi didesain sedemikian rupa, sehingga orang-orang bisa melewatkan waktu dengan bersantai, bersosialisasi, dan menikmati kopi.
Hampir sebagian besar orang yang datang ke kedai kopi tak hanya menikmati secangkir kopi, tetapi mereka datang untuk saling bercengkerama dan bertukar pikiran.
Kedai kopi justru jadi tempat paling merdeka untuk melepaskan ekspresi jiwa. Usai seharian dieksploitasi oleh buku pelajaran sekolah, tugas kampus atau laporan kantor yang tak henti-hentinya menumpuk.
Manusia butuh pelepasan. Setidaknya untuk menjaga kewarasan. Jadilah kedai kopi menjadi ruang vital di kehidupan manusia sehari-hari.
Urat yang tegang jadi kendur. Mata yang pucat jadi bewarna. Senyum yang kecut jadi tawa jenaka. Jari tangan yang pasif jadi lebih agresif. Tadinya jomblo, pulang bisa dapat boncengan di belakang jok motor.
Nah, Kedai Kopi Setiap Hari hadir di Samarinda, Kalimantan Timur. Bukan hanya sebatas meramaikan industri kopi yang lagi hits di kota berjuluk Tepian ini.
Namun, lebih kepada turut ambil bagian dalam merawat tradisi yang selama ini mungkin tak kita sadari.
Kedai kopi yang terletak di jalan Ir. H. Juanda No.216b, Air Putih, Samarinda Ulu tak hanya menjajakan gelas yang berisi kopi saring nikmat. Namun suasana yang hangat. Bagi para pengunjungnya setiap hari.
Cara mereka menyuguhkan suasana begitu hebat. Pelanggan tak dianggap sebagai raja, tapi teman. Sehingga batasan jadi lumer.
Di sana bebas menyapa siapa saja. Tak peduli dari mana asalmu, siapa orang tuamu, apa warna darahmu, agamamu, warna kulitmu.
Semua adalah manusia. Semua memanusiakan manusia.
Persis di depan SMPN 4 Samarinda. Bila dari arah Jalan Antasari menuju Juanda setelah jembatan penyebrangan, sebelum kantor Pengadilan Agama. Papan iklan tinggi bercorak hitam dan putih bakal terlihat menyapa para pengendara.
Bukanya setiap hari. Catat! dari pukul 17.00 Wita sampai 02.00 Wita. Free parking. Motor & mobil bebas gaya parkir.
Kopi saring jadi andalan kedai kopi Setiap Hari. Selain karena yang paling dicari pengunjung. Rasanya yang pas dan ke-Indonesian membuat para pecintanya tak mau lepas.
Apalagi bila ditambah krim. Kolaborasi tradisi dan gaya kekinian berpadu menciptakan rasa baru di kalangan anak muda yang kerap disebut millenials.
Selain kopi, kedai dengan konsep bar out door ini juga menawarkan beragam sajian seperti teh, susu, coklat, fresh soda dan camilan khas 'nongkrong'.
Sambil menenggak kopi. Pengunjung di luar, bisa mendapat sensasi bagaimana barista mengolah kopinya di bar. Penataan cahaya yang pas.
Tak gelap juga tak terang tentunya menambah mood pengunjung, baik untuk sekadar ngobrol biasa atau tertawa terbahak-bahak.
Out door venue juga bagus jadi spot foto untuk dipamerkan di instagram. Apalagi jika mata kamera mengarah ke bar kedai kopi Setiap Hari.
Bagi yang berkunjung untuk santai sambil mengerjakan tugas atau main games di gadget. Venue ruang tengah kedai disediakan khusus bagi mereka.
Terminal listrik dan WiFi jadi fasilitas yang bisa dinikmati pengunjung. Gambar mural di dinding dan kolase frame tokoh-tokoh besar dunia jadi triger semangat bagi pengunjung.
Venue tengah kedai juga apik, sangat instagramable. Motor antik, dinding mural dan rangkaian figura tokoh-tokoh dunia, acap kali jadi ornamen para pengunjung mengabadikan foto. Lalu mengunggahnya di instgaram mereka.
Yang tak bisa kena asap rokok. Pengunjung tak perlu khawatir. Venue terakhir yang berada di bagian belakang kedai Kopi Setiap Hari menyiapkan ruangan full AC. Pengunjung dipastikan bakal betah berjam-jam duduk di sana.
Sebab suasana hommy sengaja dihadirkan kedai kopi Setiap Hari untuk pengunjugnya. Mulai dari sofa. Meja kerja. Ruang baca mini. Sambil nonton Youtube di telivisi.
Bagi peminat literasi, pojok kecil baca dengan stok buku lumayan bergizi bisa dilahap sambil minum secangkir kopi.
Namun acap kali venue ketiga di Kedai Setiap Hari dipakai untuk pertemuan kelompok. Mulai dari meeting organisasi mahasiswa sampai kantoran.
Eits, tak hanya dagang kopi, kedai kopi Setiap Hari ini jual program tematik setiap harinya. Pengunjung tak bakal bosan datang setiap hari ke kedai Setiap Hari. Sebab, mereka menyajikan varian mood yang berbeda di setiap harinya. Apalagi kalau bukan melalui program-programnya, mari cek!
Senin
I LIKE MONDAY