Di sisi lain, meningkatnya tren penyaluran pembiayaan atau investasi hijau, membuat animo masyarakat untuk masuk ke sektor ini juga membesar. Satu hal yang perlu dicatat, kata Inez, kendati pelaku usaha di sektor ekonomi hijau didorong untuk menerapkan prinsip dan konsep ESG dalam menjalankan bisnisnya, namun ada sejumlah hal yang harus dipahami para investor yang tertarik masuk ke sektor ini.
“Pada prinsipnya, investor yang masuk ke sektor ekonomi hijau juga harus memahami fundamental bisnis yang mereka pilih sebagai portofolio investasi,” kata Inez.
Sebagai ilustrasi, ketika masuk ke bidang usaha yang berkaitan dengan komoditas perkebunan, investor harus paham prospek komoditas yang ditawarkan.
“Investor harus tahu bagaimana komoditas itu nantinya dijual, siapa pembelinya, dan bagaimana prospek ke depannya.”.
Selain itu, investor juga harus mampu membaca kondisi alam yang dapat mempengaruhi hasil produksi usaha yang dipilih.
Sebetulnya, Inez menambahkan, berinvestasi di sektor ekonomi hijau juga sama dengan berinvestasi di sektor usaha konvensional.
Prinsip kehati-hatian dan selektif dalam memilih portofolio mutlak diperlukan. “Investor tetap perlu memperhatikan kredibilitas platform agregator yang menawarkan produk investasi, serta menakar imbal hasil investasi yang ditawarkan, realistis atau tidak.” Satu hal lain yang tak kalah penting, ujar Inez, ialah menyesuaikan profil risiko suatu produk investasi dengan karakteristik setiap investor.
Fokus Perubahan Iklim
Inez juga menyoroti bahwa sektor UMKM yang diperkuat lebih dari 62 juta usaha dengan hampir 99% di antaranya merupakan usaha mikro, membutuhkan dukungan besar agar dapat mendorong pembangunan negara di masa depan. Investor pun berpotensi besar melirik mereka. “Karena green investment yang berhasil sebenarnya tidak harus seukuran unicorn,” tambah Inez.
Sayangnya, selain lemahnya penerapan ESG, banyak usaha dalam kategori UMKM yang tidak memiliki rencana pertumbuhan strategis sehingga sulit berkembang dan berkelanjutan di masa depan. Inilah yang mendorong Supernova Ecosystem terjun hingga ke wilayah kabupaten di Indonesia dalam mendukung perkembangan investasi lestari (impact invesment) dengan fokus pada masalah perubahan iklim. Adapun, sektor bisnis yang menjadi area garapan Supernova Ecosystem adalah komoditas lestari.