Terpisah, Bill McGuire, profesor risiko iklim dan geofisikal di University College, London, Inggris, memperingatkan fenomena El Nino ini akan membuat suhu dunia makin panas dan berdampak pada masalah pangan hingga biaya hidup.
"Terlepas dari apakah cuaca menjadi cukup panas atau tidak dengan berkembangnya El Niño sepenuhnya, tahun 2023 memiliki peluang yang sangat bagus, tanpa pengaruh pendinginan La Niña, untuk menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat," cetusnya, dikutip dari Wired.
Menurutnya, batas kenaikan suhu rata-rata global yang masih dianggap aman adalah 1,5°C.
Di atas angka ini, kata dia, "iklim kita yang dulunya stabil akan mulai runtuh dengan sungguh-sungguh, menyebar ke mana-mana, memengaruhi semua orang, dan menyusup ke dalam setiap aspek kehidupan kita."
Pada 2021, angka kenaikan suhu dibandingkan dengan rata-rata 1850-1900 adalah 1,2°C. Pada 2019 atau sebelum perkembangan La Niña saja, kenaikan suhu mencapai 1,36°C.
"Saat panas meningkat lagi di 2023, sangat mungkin kita akan menyentuh atau bahkan melebihi 1,5°C untuk pertama kalinya," cetus McGuire.
Apa efeknya? Ia mengungkap prediksi mengerikan.
"Suhu yang lebih tinggi akan berarti kekeringan parah akan terus terjadi, memangkas hasil panen di banyak bagian dunia."
"Akibat kekurangan pangan di sebagian besar negara, kerusuhan sipil bisa terdorong, sementara kenaikan harga di negara maju akan terus memicu inflasi dan krisis biaya hidup," tandas McGuire.
(redaksi)