Sabtu, 28 Desember 2024

Internasional

China Hentikan Ekspor Mineral Bahan Baku Amunisi dan Senjata Nuklir

Selasa, 3 Desember 2024 12:13

Bendera China

POJOKNEGERI.COM - China akan memberlakukan pembatasan ekspor antimon dan elemen terkait untuk keamanan nasional. 

Kementerian Perdagangan menyampaikan, Beijing akan membatasi pengiriman logam penting tersebut, di mana negara tersebut merupakan pemasok dominan di dunia.

Mengutip CNN Business, China pada tahun lalu menyumbang 48 persen hasil tambang antimon global. 

Mineral penting tersebut digunakan dalam aplikasi militer seperti amunisi, rudal inframerah, senjata nuklir, kacamata penglihatan malam, serta baterai dan peralatan fotovoltaik.

"Pembatasan tersebut diberlakukan untuk menjaga keamanan dan kepentingan nasional, dan memenuhi kewajiban internasional seperti nonproliferasi," kata Kementerian Perdagangan China dilansir dari iNews.id

Kementerian Perdagangan menyebut, pembatasan ekspor antimon tidak ditujukan pada negara atau wilayah tertentu.

Kepala dan Ahli Strategi Pertambangan Hallgarten & Company, Christopher Ecclestone menyebut bahwa penggunaan antimon dibutuhkan untuk kepentingan militer.

"Semua orang membutuhkannya untuk persenjataan, jadi lebih baik menyimpannya daripada menjualnya. Ini akan benar-benar menekan militer AS (Amerika Serikat) dan Eropa” Ahli Strategi Pertambangan Hallgarten & Company, Christopher Ecclestone.

Pembatasan ekspor antimon berlaku mulai 15 September 2024, berlaku untuk enam jenis produk terkait antimon, termasuk bijih antimon, logam antimon, dan oksida antimon. 

Aturan tersebut juga melarang ekspor teknologi peleburan dan pemisahan emas-antimon tanpa izin.

Selain itu, eksportir produk yang terpengaruh harus mengajukan lisensi ekspor untuk barang dan teknologi penggunaan ganda, yang berpotensi untuk aplikasi militer maupun sipil. 

Pembatasan terbaru yang dilakukan Pemerintah China melanjutkan hal serupa yang telah diterapkan sejak tahun lalu. 

Pada bulan Desember, China melarang ekspor teknologi untuk membuat magnet tanah jarang, yang merupakan tindak lanjut dari larangan yang sudah berlaku untuk mengekspor teknologi untuk mengekstraksi dan memisahkan bahan-bahan penting.

Selain itu, Beijing juga telah memperketat ekspor beberapa produk grafit dan memberlakukan pembatasan ekspor produk galium serta germanium yang banyak digunakan dalam industri semikonduktor.

Harga antimon melonjak ke rekor tertinggi pada tahun ini, didorong oleh pasokan yang ketat dan permintaan yang meningkat, terutama dari sektor fotovoltaik, tempat logam tersebut digunakan untuk meningkatkan kinerja sel surya.

Sementara, AS dan negara-negara lain berusaha keras untuk mengurangi ketergantungan mereka pada China untuk bahan-bahan utama, dan telah menetapkan kebijakan serta paket dukungan untuk sektor mineral penting mereka, termasuk tanah jarang.

Dalam catatan penelitian pada April, analis di China Securities mengatakan, meningkatnya permintaan senjata dan amunisi karena perang dan ketegangan geopolitik kemungkinan akan memperketat kontrol dan penimbunan bijih antimon.

Perpetua Resources, yang tengah membangun proyek antimon dan emas AS dengan dukungan dari Pentagon dan Bank Ekspor-Impor AS, awalnya berencana untuk memulai produksi pada tahun 2028, jika memperoleh izin.

Namun, langkah yang dilakukan Pemerintah China ini membuat perusahaan tersebut tengah mempelajari cara-cara untuk memproduksi antimon lebih cepat.

"Kami sedang mencari cara-cara yang dapat kami lakukan selama konstruksi untuk mengeluarkan antimon lebih cepat untuk beberapa kebutuhan strategis ini," kata CEO Perpetua, Jon Cherry.

Meskipun China merupakan pemasok antimon olahan terbesar, negara itu juga merupakan pengimpor konsentrat dan bergantung pada bijih dari negara-negara seperti Thailand, Myanmar, dan Rusia, menurut data bea cukai.

(*)

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
Berita terkait
pojokhiburan