Menurut Rocky, inilah cawe-cawe yang dijalankan Presiden Jokowi untuk terus terlibat, untuk terus dapat mengontrol jalannnya pencalonan wakil presiden, setelah Jokowi dianggap tak punya peluang dalam penetapan capres.
"Beginilah cawe-cawenya Jokowi, mustinya Jokowi mendorong supaya PDIP memilih calon wakil presiden yang paham jalan pikiran Soekarno tuh, agak aneh kalau Sandi tiba-tiba mengatakan, Oh dia berdiri di atas kaki sendiri, Oh dia pro sistem ekonomi yang sosialistis, agak susah untuk dimengerti. Tapi begitulah keadaan partai kita, compang-camping secara ideologi, untuk strategi lalu secara kalap memilih pasangan yang sebetulnya secara asas berbeda," urai Rocky.
Lanjut Rocky menjelaskan, baik Ganjar dan Sandi memiliki asas yang berbeda, kecuali PDI Perjuangan menyatakan bahwa ideologi partai tak lagi Soekarnois, dan partai yang tidak berbasis pada keadilan sosial.
Hal ini tidak berbeda dengan Erick Thohir, bahkan Rocky blak-blakkan mengatakan Ketua Umum PSSI itu tak memiliki pandangan ideologi yang jelas.
"Erick Thohir jelas itu. Kalau Erick Thohir apa ideologinya, ya uang. Keahlian teknis ya nggak ada sebetulnya, karena memimpin korporasi itu sebagai Dirut atau sebagai apapun itu nggak ada urusannya dengan ideologi," tegas Rocky.
"Jadi, Jokowi tetap jadi calo kapital sebetulnya, gampangnya begitu, Jokowi jadi broker antara modal dan kekuasaan, dengan kata lain Jokowi bukan orang yang ideologis dalam memimpin Indonesia. Dia sangat fragmatis, jelas bangsa ini berantakan idenya, kalau partai politik diadu atau dipasang-pasangkan dengan cara yang tidak masuk akal," sambungnya.