POJOKNEGERI.COM - Di balik IKN Nusantara ternyata ada yang menarik, dan masih sangat jarang diperbincangkan.
Yang terjadi dan yang sering terlihat di permukaan tak lain adalah pro-kontra terkait IKN Nusantara.
Ada pihak yang mendukung dengan alasan penyebaran ekonomi agar merata, tidak hanya di Jawa. Sementara yang menolak beralasan belum urgent lantaran masih dalam situasi pandemik COVID-19.
Bahkan isu IKN Nusantara menjadi alat gebuk politik kelompok kepentingan yang kontra dengan pemerintahan.
Kabar terakhir adalah sejumlah tokoh membuat petisi penolakan IKN Nusantara, dan mengajukan judicial review UU IKN ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Memang harus diakui IKN Nusantara sarat dengan kepentingan politik maupun ekonomi, baik bagi kelompok kepentingan skala nasional.
Sudah barang tentu IKN Nusantara juga sarat akan kepentingan internasional. Kabarnya, salah satu dewan penasehat IKN Nusantara adalah mantan PM Inggris Tony Blair.
Kenapa ada Tony Blair disitu, sebab dia disebut-sebut sebagai salah satu anggota The 48 Group Club, lebih mudahnya kita sebut saja sebagai Commite 48. Komite ini adalah jaringan bisnis dan politik China yang bermarkas di London.
Posisi Blair dianggap mampu menjadi mediator kelompok kepentingan (negara). Semisal Israel dan Uni Emirat Arab (UEA), atau bahkan China dengan negara rival seperti Amerika serikat (AS).
Investasi UEA di IKN Nusantara diduga kuat juga ada keterlibatan Blair disitu.
Makanya agak membingungkan ketika kita masyarakat Indonesia terjebak pada isu anti China di IKN. Padahal dengan munculnya sosok Blair di Komite 48 menguatkan sinyalemen bahwa dalam urusan investasi, China dan Eropa bisa “berselingkuh” dan kita masih saja terjebak pada isu anti China.
Peta geopolitik maupun geoekonomi hari ini sepertinya sudah murni ideologi “pasar bebas.”
Itulah kita, selalunya terjebak pada arus di permukaan, padahal tanpa melihat pergerakan arus di dalamnya. Kita terkadang terjebak pada perseteruan kelompok elite global, artinya kita yang selalu pro kontra dengan isu sentimen layaknya pion yang digerakkan.
Artinya kehadiran Blair barangkali, kita tidak tahu persis, mengakomodir kepentingan Israel melalui UEA, atau kepentingan China, kepentingan Eropa atau bahkan Inggris sendiri. Hal ini masih harus didalami.
Pertanyaannya? Negara-negara asing sangat berkepentingan di IKN Nusantara? Sudah barang tentu teori dasar geopolitik, negara kita posisinya berada di persilangan. Posisi silang Indonesia menjadi check point kepentingan dagang internasional antar-negara. Jika kita tak mampu memanfaatkan posisi ini, dalam artian tak banyak mendapat benefit, alangkah meruginya.
Jadi IKN Nusantara sekali lagi tidak sebatas urusan domestik, tapi juga berkaitan dengan peta geopolitik dan geoekonomi.
Oh..ya, Komite 48 itu rada-rada mirip dengan Commite 100 yang selalu menjadi bahan diskusi konspirasi, dimana organisasi ini adalah kelompok elite global yang menggerakan dunia.
Ditulis oleh Sonny Majid, Pembelajar dari Lingkar Kaji Isu-Isu Strategis
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
(redaksi)