Sistem menggunakan pemodelan iklim global, dikombinasikan dengan data cuaca dan lingkungan lokal serta rekayasa yang mewakili di bawah Representative Concentration Pathway 8.5 keluaran IPCC.
"Ini konsisten dengan pemanasan global rata-rata yang lebih dari tiga derajat Celsius pada akhir abad ini, dihitung dari masa pra-industri."
Pemeringkatan yang dihasilkan fokus pada perbandingan total kehancuran bangunan-bangunan, disebut sebagai aggregated damage, yang mungkin dialami di setiap provinsi atau negara bagian pada 2050 gara-gara cuaca ekstrem dan perubahan iklim.
Data juga menunjukkan persentase peningkatan kehancuran dalam periode 1990-2050.
XDI juga menawarkan melihat perbandingan yang disebut sebagai average damage.
Di sini, data menunjuk proporsi luas wilayah dengan lingkungan yang sudah terbangun yang berisiko hancur pada 2050 nanti.
Mereka yang proporsinya lebih besar akan menempati ranking lebih tinggi, betapapun kecilnya luasan wilayahnya secara keseluruhan.
Dalam hal average damage ini, XDI menempatkan Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah masing-masing di urutan 1535, 328, dan 325.
Ranking Sulawesi Barat serta Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur malah jauh lebih tinggi untuk proporsi luas wilayah dengan bangunan yang berisiko hancur karena faktor iklim pada 2050 mendatang.