Teknologi

CEO SoftBank Sebut Manusia Akan Seperti Ikan di Era Kecerdasan Buatan Super

POJOKNEGERI.COM – Pendiri sekaligus CEO SoftBank, Masayoshi Son, kembali melontarkan pernyataan kontroversial terkait masa depan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Dalam sebuah pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung, Son menyatakan bahwa manusia suatu hari akan berada pada posisi yang sama dengan ikan jika kita bandingkan dengan kecerdasan buatan super (artificial super intelligence/ASI).

Son menggunakan analogi ekstrem untuk menggambarkan betapa besar jurang kecerdasan yang akan tercipta antara manusia dan AI. Menurutnya, perbedaan antara otak manusia dan ikan mas dalam akuarium saat ini sekitar 10.000 kali lipat. Namun, ketika ASI benar-benar terwujud, perbedaan itu akan berbalik: manusia akan berada di posisi ikan, sementara AI akan memiliki kecerdasan setara atau bahkan melampaui manusia.

“Perbedaan antara otak manusia dan ikan mas dalam pot, perbedaannya 10.000 kali lipat. Tapi akan beda, kita akan jadi ikan, mereka (AI) jadi seperti manusia. Mereka akan 10.000 kali lebih pintar dari kita,” ujar Son, seperti pemberitaan dari AFP, Jumat (5/12).

Son menegaskan bahwa meski kecerdasan buatan super akan jauh melampaui manusia, hal itu tidak berarti manusia akan menjadi korban. Ia menekankan bahwa ASI tidak membutuhkan protein atau makanan fisik, sehingga tidak ada alasan bagi AI untuk “memakan” manusia.

“Kita tidak perlu memakannya. ASI tidak makan protein. Mereka tidak perlu memakan kita – jangan khawatir,” kata Son.

Ia membandingkan hubungan manusia dengan ASI seperti hubungan manusia dengan hewan peliharaan. Ada jarak kecerdasan yang sangat besar, tetapi bukan berarti hubungan itu akan berujung pada ancaman eksistensial.

Tanggapan Presiden Korea Selatan

Pernyataan Son memancing tawa Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung, meski ia juga menyampaikan kekhawatiran. Lee bahkan melontarkan pertanyaan ringan: apakah ASI suatu hari bisa memenangkan Hadiah Nobel Sastra.

Pertanyaan itu muncul setelah penulis Korea Selatan, Han Kang, berhasil meraih Nobel Sastra berkat novel Vegetarian. Lee seakan ingin menguji batas kreativitas AI, apakah kecerdasan buatan benar-benar bisa menghasilkan karya seni yang diakui dunia.

Para ilmuwan menilai bahwa sebelum mencapai ASI, dunia akan terlebih dahulu menghadapi Artificial General Intelligence (AGI), yaitu kecerdasan buatan yang mampu mengungguli manusia dalam banyak tugas. AGI bisa terwujud dalam satu dekade mendatang.

AGI dianggap sebagai langkah transisi menuju ASI. Jika benar terjadi, dampaknya akan sangat besar terhadap ekonomi, budaya, dan politik global.

Ambisi Korea Selatan Jadi Pusat AI

Korea Selatan sendiri memiliki ambisi besar untuk menjadi pusat kecerdasan buatan dunia, menyusul Amerika Serikat dan China. Pada November lalu, Presiden Lee menyatakan bahwa pemerintah akan melipatgandakan anggaran AI tahun depan.

Langkah ini merupakan bagian dari strategi nasional untuk memperkuat posisi Korea Selatan dalam perlombaan teknologi global. Negeri Ginseng tidak ingin hanya terkenal sebagai produsen chip memori seperti DRAM dan NAND, tetapi juga ingin memperluas keunggulan di bidang semikonduktor logika yang menjadi tulang punggung AI.

Pekan ini, kantor kepresidenan Korea Selatan mengumumkan kemitraan dengan Arm, unit desain semikonduktor milik SoftBank yang berbasis di Inggris. Kerja sama ini bertujuan melatih 1.400 profesional chip, sebuah langkah strategis untuk memperkuat sektor semikonduktor Korea Selatan yang masih relatif lemah dibandingkan negara lain.

Penasihat kebijakan presiden, Kim Yong-beom, menyatakan bahwa inisiatif tersebut akan memperkuat bidang-bidang di mana industri semikonduktor Korea Selatan belum dominan. Dengan dukungan Arm, Korea Selatan berharap bisa mempercepat penguasaan teknologi chip yang lebih kompleks dan mendukung perkembangan AI.

Pernyataan Masayoshi Son tentang manusia yang akan “seperti ikan” mungkin terdengar hiperbolis. Namun, analogi itu berhasil menarik perhatian publik terhadap skala perubahan yang mungkin terjadi. Jika ASI benar-benar terwujud, manusia akan menghadapi tantangan besar dalam mengatur hubungan dengan kecerdasan baru yang jauh lebih unggul.

Korea Selatan tampaknya tidak ingin tertinggal dalam perlombaan ini. Dengan investasi besar, kerja sama internasional, dan ambisi politik, negara tersebut berusaha menempatkan diri sebagai salah satu pemain utama dalam era kecerdasan buatan.

(*)

Back to top button