POJOKNEGERI.COM - Pengamat ekonomi William Pesek menyebut pertemuan IMF yang berlangsung di Washington, AS menjadi pertemuan Dana Moneter Internasional yang sibuk, menegangkan, dan penuh tantangan.
Di sana, para tokoh ekonomi terkemuka akan menghadapi sejumlah isu panas yang membingungkan, mulai dari perlambatan ekonomi Tiongkok hingga resesi Jerman, risiko geopolitik yang berlimpah, hingga pemilihan umum AS yang menguji urat syaraf di mana-mana.
Ditambah lagi peringatan IMF tentang bom waktu utang publik senilai US$100 triliun.
Hebatnya, Washington bisa menjadi tuan rumah pertemuan ekonomi paling berdampak.
Beberapa tahun yang lalu, banyak pakar memperkirakan BRICS yang menyatukan Brasil, Rusia, India, dan Afrika Selatan itu ditakdirkan untuk menjadi tontonan sampingan.
Pada tahun 2001, ekonom Goldman Sachs saat itu, Jim O’Neill, menciptakan akronim BRIC.
Pada tahun 2010, keempat anggota asli menambahkan Afrika Selatan.
Pada tahun-tahun berikutnya, BRICS tampaknya kehilangan daya dorongnya.
Dalam laporan tahun 2019, Standard & Poor’s mengatakan blok tersebut telah kehilangan relevansinya.
Sekitar waktu yang sama, O’Neill sendiri mengkritik pendiriannya.
“Saya sendiri kadang-kadang bercanda bahwa mungkin saya seharusnya menyebut akronim ‘IC’ berdasarkan kekecewaan yang jelas dari ekonomi Brasil dan Rusia dalam dekade ini sejak 2011, di mana keduanya jelas berkinerja jauh di bawah apa yang ditetapkan dalam skenario 2050” Ekonom, Jim O’Neill.>>>
Namun BRICS kini telah kembali bergairah dan berkembang, dengan menambahkan lima anggota baru, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Mariel Ferragamo, seorang analis di Council on Foreign Relations, mencatat bahwa bergabungnya Mesir dan Ethiopia akan memperkuat suara dari benua Afrika.
Mesir juga memiliki hubungan dagang yang erat dengan Tiongkok dan India, serta hubungan politik dengan Rusia.
Sebagai anggota baru BRICS, Mesir berusaha menarik lebih banyak investasi dan memperbaiki ekonominya yang terpuruk.
Kemudian, pada bulan Februari, BRICS meluncurkan rencana untuk menciptakan platform penyelesaian dan pembayaran digital multilateral yang disebut BRICS Bridge, yang akan membantu menjembatani kesenjangan antara pasar keuangan negara-negara anggota BRICS dan meningkatkan perdagangan bersama.
Laporan menunjukkan pertemuan minggu ini akan memunculkan strategi baru untuk mempercepat upaya menggantikan dolar AS.
Udith Sikand, analis di Gavekal Dragonomics, mencatat bahwa salah satu idenya adalah unit moneter BRICS yang didukung emas.