Ponsel juga patuh pada regulasi dan standar yang membatasi kekuatan emisi mereka.
Layanan ponsel dan avionik, yakni sistem elektronik pesawat, berada di frekuensi berbeda.
Hal itu diatur secara global dan secara substansial mengurangi kemungkinan adanya gangguan.
"Kemungkinan gangguan masih ada, meski tidak separah saat frekuensi digabung," tuturnya. Ia menganalogikan gangguan tersebut seperti saat mendengarkan radio yang tidak disetel dengan benar ke stasiun.
Menurut Daniel, mematikan ponsel atau menggunakan mode pesawat saat dalam perjalanan di udara dapat mengurangi medan radiasi intensitas tinggi, terutama selama fase kritis lepas landas dan mendarat yang memerlukan sensitivitas instrumen pesawat.
"Semakin banyak penumpang yang mematikan dan mengurangi efek HIRF, semakin baik untuk avionik pesawat," jelas Daniel.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan alasan yang lebih serius terkait perintah untuk mematikan ponsel mereka, yakni untuk membuat para penumpang memperhatikan awak kabin pesawat dan tidak terganggu selama pengarahan keselamatan.
Venkatarayalu menambahkan, bahwa ponsel yang tidak dimatikan atau tidak disetel ke mode pesawat akan secara aktif mengirimkan sinyal suar, mencari stasiun pangkalan atau menara seluler dalam upaya menyambung ke jaringan seluler.
Saat berada di ketinggian dengan ponsel tidak dapat terhubung ke sinyal, konsekuensi satu-satunya dari tidak mematikan ponsel hanyalah menghabiskan baterai lebih cepat.
Namun, saat lepas landas dan mendarat, kata dia, ponsel kemungkinan akan terhubung ke menara seluler.