Kamis, 9 Januari 2025

Internasional

Beda Vietnam dan Indonesia Manfaatkan Perang Dagang China Vs Amerika

Rabu, 1 Januari 2025 16:41

Beda Vietnam dan Indonesia Manfaatkan Perang Dagang China Vs Amerika

POJOKNEGERI.COM - Perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dengan China dinilai lebih banyak menguntungkan Vietnam ketimbang Indonesia. Buktinya, perang dagang membuat banyak perusahaan di China justru relokasi ke Vietnam.

Dari informasi yang dihimpun, dalam laporan Bank Dunia, setidaknya terdapat 5 dari 8 perusahaan di China yang lebih memilih untuk masuk ke pasar Vietnam dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya, termasuk Indonesia.

Indonesia masih belum optimal dalam memanfaatkan situasi global seperti perang dagang tersebut.

Walau demikian memang terjadi peningkatan ekspor barang Indonesia ke Amerika Serikat melalui program Generalized System of Preference (GSP). 

Program tersebut merupakan pembebasan biaya bea masuk bagi sejumlah komoditas impor AS dari negara berkembang.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menyebut ekspor barang Indonesia ke Amerika Serikat (AS) pada periode Januari-Mei 2021 telah mencapai US$1,48 miliar.

Ia mengungkapkan produk yang diekspor ke Negeri Paman Sam tersebut di antaranya perhiasan, barang elektronik, mesin, dan lain sebagainya.

Senior Vice President Global Initiatives US Chamber of Commerce Gary Litman menyebut Pemerintah AS sepertinya tidak memandang bulu setiap negara terkait kebijakan perdagangannya.

"Menurut saya kami tidak merasa Washington melihat perbedaan di setiap negara. Indonesia tidak harus bersaing dengan Vietnam karena skala Anda berbeda. Anda sudah menjadi pemimpin G20 karena besarnya negara Anda," kata Gary.

Gary justru mengajak Indonesia untuk terus bekerja sama agar dapat meningkatkan permintaan, sebab ia menilai Indonesia memiliki potensi yang besar.

Alasan Vietnam Untung

Hanya sedikit negara yang memperoleh manfaat lebih besar daripada Vietnam dari perang dagang yang telah berlangsung selama setahun antara Amerika Serikat dan Cina. 

Perusahaan-perusahaan, yang sudah berada di bawah tekanan akibat meningkatnya biaya produksi di Cina, telah berupaya keras untuk mengidentifikasi pabrik-pabrik yang dapat diajak bekerja sama di negara Asia Tenggara tersebut guna menghindari tarif yang tinggi.

Dalam lima bulan pertama tahun 2019, ekspor Vietnam ke AS telah melonjak 36% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Dengan pengiriman barang senilai $25 miliar hingga bulan Mei, Vietnam telah menjadi sumber impor Amerika terbesar kedelapan, naik dari posisi ke-12 tahun lalu.

Namun, seperti yang dijelaskan Huynh, label “Made in Vietnam” disertai dengan pernyataan penafian.

Negara dengan penduduk 97 juta jiwa ini memiliki salah satu perekonomian yang tumbuh paling pesat di dunia ditandai dengan pembangunan real estate baru yang menjulang tinggi di pusat perekonomian Vietnam namun negara ini belum cukup besar atau cukup berkembang untuk menyerap eksodus mendadak dari China.

Karena beberapa manajer pabrik Vietnam menolak pesanan karena tidak memiliki kapasitas, persaingan untuk tenaga kerja yang semakin mahal memaksa perusahaan pakaian murah untuk memikirkan kembali rencana ekspansi mereka

Selain itu, pelabuhan berjuang untuk menangani lalu lintas kapal kontainer yang hampir dua kali lipat dalam setahun terakhir, menurut data dari MarineTraffic.

Ketegangan pada sumber daya membantu meredam ekspektasi di negara yang menurut para ahli tidak adil dibandingkan dengan China, raksasa di utara yang mendikte aturan perdagangan global selama dua dekade terakhir.

(*)

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
Berita terkait
pojokhiburan