Sementara itu, Menteri keuangan dan wakil perdana menteri Belanda Sigrid Kaag mengatakan dalam kunjungan resmi ke Suriname pekan lalu, sebuah proses akan dimulai menuju "momen penting lainnya pada 1 Juli tahun depan".
Keturunan perbudakan Belanda kemudian akan merayakan 150 tahun pembebasan dari perbudakan dalam perayaan tahunan yang disebut "Keti Koti" (Memutus Rantai) dalam bahasa Suriname.
Namun, rencana tersebut telah menimbulkan kontroversi.
Kelompok-kelompok dan beberapa negara yang terkena dampak mengkritik tindakan tersebut sebagai langkah terburu-buru, dan mengatakan kurangnya konsultasi oleh Belanda merupakan sikap kolonial.
Rutte dalam pidatonya pada Senin mengatakan bahwa memilih momen yang tepat adalah "masalah yang rumit".
"Tidak ada satu waktu yang tepat untuk semua orang, tidak satu kata yang tepat untuk semua orang, tidak satu tempat yang tepat untuk semua orang," katanya.
(redaksi)