POJOKNEGERI.COM - Usai konser Blackpink di Stadion Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta, istilah FOMO mendadak menjadi trending topic di Twitter, pada Senin (13/3/2023).
FOMO atau fear of missing out merupakan istilah yang baru-baru ini muncul di kalangan pengguna media sosial.
Munculnya istilah FOMO berawal dari warganet menganggap beberapa penonton di konser tersebut adalah FOMO, bukan benar-benar Blink -penggemar Blackpink-.
“Everyone’s stories is just blackpink (cerita semua orang hanyalah blackpink), FOMO banget,” tulis salah satu warganet.
“Inilah kalo nonton cuma gara-gara FOMO bukan beneran fans,” tulis warganet lainnya.
Hingga Senin (13/3/2023) pukul 11.15 WIB, topik perihal FOMO sudah dibicarakan lebih dari 11.800 kali.
Lalu, apa itu FOMO?
Dikutip dari USAToday melalui Kompas.com, FOMO merupakan istilah untuk menggambarkan ketakutan khusus yang muncul ketika seseorang menganggap dirinya kehilangan beberapa interaksi sosial penting.
Ketakutan itu kemudian mendorong seseorang untuk mencoba mengetahuinya.
FOMO juga merupakan perilaku untuk secara terus-menerus dan memaksa mengetahui apa yang dilakukan orang lain.
Hal itu dilakukan dalam upaya mempertahankan hubungannya dengan orang lain.
Dalam sebuah studi pada 2013, FOMO didefinisikan sebagai kekhawatiran yang meluas bahwa orang lain mungkin memiliki pengalaman berharga yang tidak ada pada dirinya.
FOMO terjadi sebagai efek samping dari media sosial.
Seperti diketahui, media sosial berguna untuk membagikan berbagai hal, seperti aktivitas, info, obrolan, dan lainnya.
Perilaku kognitif yang berhubungan dengan FOMO, seperti selalu memperbarui situs atau media sosial yang diakses.
Termasuk dengan mengetahui notifikasi yang muncul pada gadget.
Selain itu, FOMO juga menjadi sebuah ketakutan saat individu menunggu feedback dari pesan orang lain atau pembaruan yang akan terjadi.
Kebutuhan untuk terus terlibat dalam pembicaraan merupakan salah satu yang menyebabkan individu mempunyai perilaku FOMO.
Masih dari sumber yang sama, berikut beberapa cara untuk meminimalkan perilaku FOMO yang mudah untuk dilakukan:
Mengubah fokus
Hal ini dapat dilakukan daripada fokus pada kekurangan mengenai apa yang dibicarakan di media sosial.
Sebaiknya, lebih berfokus pada apa yang dimiliki di media sosial.
Individu dapat mengatur media sosial mereka untuk meminimalkan terpicunya FOMO, sehingga akan merasa nyaman untuk diri sendiri.
Detoksifikasi digital
Menghabiskan terlalu banyak waktu dengan gadget atau media sosial dapat meningkatkan FOMO.
Mengurangi penggunaan gadget dan media sosial dengan beristirahat dari hal itu dapat membantu individu terhindar dari FOMO.
Membuat jurnal
Individu dapat membuat jurnal atau kompilasi dari foto atau karya individu secara offline dan menyimpannya sebagai kenangan.
Hal ini dapat membantu individu alih-alih mendapat persetujuan publik terkait foto dan karya yang dimiliki sehingga kehidupan dapat berjalan lebih damai.
Melakukan kegiatan di dunia nyata
Individu dapat memperbanyak kegiatan di dunia nyata untuk meningkatkan kualitas diri atau meningkatkan kesehatan tubuh serta mental.
Hal itu dapat memberikan waktu yang sempit untuk individu memainkan gadget dan berselancar di media sosial.
(redaksi)