“Terjun di dunia politik, dua tokoh berpendidikan Amerika ini punya nasib mujur. Keduanya terpilih jadi gubernur. 2017 Anies Baswedan terpilih jadi Gubernur DKI, dan 2018 Ridwan Kamil terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat,” kata Tony, dikutip dari SINDOnews, Minggu (20/2/2022).
Ia pun menyebut jika pilihanitu mungkin, Anies bisa saja dan sangat mungkin memilih Ridwan Kamil sebagai partner.
“Seandainya diberikan pilihan, Ridwan Kamil ingin mendampingi Anies maju di Pilpres 2022. Anies tentu akan menerima Ridwan Kamil sebagai partner di dalam pemerintahan,” katanya.
Tony menilai Anies dan RK saling tahu kualitas masing-masing dan bisa saling melengkapi.
Anies berpendidikan ekonomi UGM dan S2 School of Public Policy University of Maryland, serta S3 political science di Northern Illionis University Chicago Amerika.
Sedangkan Ridwan Kamil, kata dia, adalah seorang arsitek jebolan ITB yang kemudian lulus Master of Urban Design University of California Amerika.
“Keduanya ada chemistry dan akan saling mengisi jika menjadi Presiden dan wakil presiden,” ujarnya.
Meski demikian ada hal yang harus diingat.
Pasangan capres-cawapres tidak ditentukan semata-semata oleh faktor kompetensi dan kapasitas.
“Bukan pada pertimbangan ideal, tapi lebih pada pertimbangan pragmatis yaitu tiket partai, elektabilitas, dan logistik. Tiga faktor ini yang paling dominan dan akan menentukan siapa dipasangkan dengan siapa,” ungkap Tony.
Tony melanjutkan, Anies Baswedan dan Ridwan Kamil masing-masing punya elektabilitas cukup bagus.
“Tapi, ketika keduanya dipasangkan belum tentu bagus. Pasalnya, pemilih Anies Baswedan dengan Ridwan Kamil beririsan di Jawa Barat. Dan keduanya lemah di Jawa Tengah. Padahal, pemilih Jawa Tengah cukup besar yaitu 27 juta,” imbuhnya.
Belum lagi faktor partai dan logistik. Kata Tony, Anies Baswedan dan Ridwan Kamil sama-sama tidak punya partai, juga tak punya logistik. Sehingga, menurut dia, tak cukup hanya modal elektabilitas. Dia menilai mesti ada yang bawa tiket partai atau membawa logistik.
Hal itu mengingat demokrasi di Indonesia padat modal, alias butuh biaya tinggi, maka kekuatan logistik menjadi pertimbangan penting, bahkan dominan dalam menentukan pasangan calon.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE BERITA
(redaksi)