Persoalan yang paling krusial dalam upaya pengendalian banjir diakuinya adalah persoalan sosial. Dimana masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan di sungai.
“Paling krusial adalah soal sampah plastik, jadi masih ada perilaku masyarakat yang sampahnya dikumpukan, ditaruh di dalam kantong kresek, dan dibuang di malam hari. Maksud saya, kalau memang tidak ada TPS di dekat tempat tinggalnya ya dibawa, supaya tidak membuat fungsi sungai terhambat,” jelasnya.
AH mengatakan bahwa pihaknya tidak akan berhenti menangani seluruh persoalan SKAB, termasuk penanganan sosial yang cukup kompleks.
“Kita tidak boleh berhenti. Yang penting disini adalah kita konsisten mengendalikan banjir. Jangan sampai hari ini 1000 meter tapi tahun depan berhenti. Karena tentu hal ini memerlukan waktu lebih dari setahun, biaya, dan penanganan sosial yang cukup kompleks,”ujarnya.
Ia mengatakan dengan konsistensi pengendalian banjir yang terus dilakukan, sekitar Jalan M Said sudah tidak ada lagi banjir yang menggenang. Termasuk daerah Kedondong, hingga Jalan Revolusi.
“Harapan saya mari kita melihat ini sebagai sebuah kebutuhan bersama. Supaya benar-benar banjir di Samarinda ini tahun depan makin kelihatan hasilnya. Kita berusaha agar persuasif dan semua bisa saling bekerjasama untuk kepentingan umum,” pungkasnya.
(redaksi)