Amerika Serikat Dikabarkan Susun Format Kerja Sama Global Baru

POJOKNEGERI.COM – Amerika Serikat dikabarkan tengah menyusun sebuah format kerja sama global baru yang akan melibatkan lima kekuatan besar dunia.
Kekuatan ini yakni Amerika Serikat, Rusia, China, India, dan Jepang. Rencana itu pertama kali berhembus setelah sejumlah media Amerika Serikat yang menelusuri draf panjang Strategi Keamanan Nasional (National Security Strategy/NSS) pemerintahan Presiden Donald Trump yang belum terpublis.
Menurut laporan Defense One yang AFP beritakan pada Jumat (12/12/2025), draf tersebut menyebut sebuah forum baru bernama “Core 5”. Yaitu format pertemuan tingkat tinggi yang akan berlangsung secara rutin seperti G7. Tetapi dengan fokus utama pada isu-isu strategis tertentu yang mencerminkan kepentingan geopolitik kelima negara.
Dokumen internal itu menyatakan bahwa Core 5 sebagai ruang dialog antar kekuatan besar di luar kerangka G7. Dengan tujuan memperkuat stabilitas global sekaligus mengelola isu-isu keamanan yang berpotensi memicu konflik.
Fokus Perdana: Timur Tengah dan Normalisasi Israel–Arab Saudi
Laporan tersebut menyebut bahwa isu keamanan di Timur Tengah akan menjadi prioritas utama dalam pertemuan perdana Core 5. Salah satu topik utama yang dalam draf adalah normalisasi hubungan Israel–Arab Saudi. Sebuah agenda diplomatik besar yang terus menjadi perhatian Washington dalam beberapa tahun terakhir.
Pembahasan ini mencerminkan fokus pemerintahan Trump terhadap stabilitas kawasan. Kerja sama keamanan, dan upaya memperluas hubungan diplomatik antara Israel dan negara-negara Arab.
Selain isu Timur Tengah, forum Core 5 juga kabarnya berencana mengangkat dialog strategis terkait keseimbangan kekuatan global di kawasan Indo-Pasifik, keamanan energi, dan potensi kerja sama teknologi.
Draf Bocor: Amerika Serikat Ingin Kurangi Peran dalam Pertahanan Eropa
Selain menggagas forum Core 5, draf NSS yang media AS kutip itu juga mengusulkan perubahan signifikan dalam kebijakan pertahanan Washington, terutama terkait hubungan dengan Eropa.
Disebutkan bahwa Amerika Serikat akan mengurangi perannya dalam pertahanan Eropa dan mendorong model pembagian beban yang lebih ketat dalam kerangka NATO.
Langkah ini sejalan dengan pandangan Presiden Trump selama ini yang secara terbuka mengkritik negara-negara Eropa karena terlalu bergantung pada keamanan yang di sediakan Washington.
Dalam dokumen yang sama, Amerika Serikat akan berupaya mempererat hubungan bilateral dengan negara-negara Uni Eropa. Seperti Austria, Hungaria, Italia, dan Polandia. Hubungan dengan negara-negara tersebut lebih sinkron dengan kebijakan luar negeri Trump, terutama dalam isu pertahanan dan migrasi.
Gedung Putih Bantah: “Tidak Ada NSS Alternatif atau Rahasia”
Meski laporan media tentang draf NSS alternatif ini semakin banyak di beritakan, Gedung Putih membantah keras keberadaan dokumen tersebut.
Juru bicara Gedung Putih, Anna Kelly, mengatakan kepada Politico bahwa tidak ada dokumen selain NSS resmi setebal 33 halaman yang telah terpublish.
“Tidak ada versi alternatif, pribadi, atau rahasia,” kata Kelly menegaskan.
Pernyataan ini bertujuan meredam spekulasi bahwa pemerintahan Trump sedang merombak arah kebijakan keamanan nasionalnya melalui dokumen yang tidak rilis ke publik.
Meski demikian, rumor terkait keberadaan Core 5 tetap berkembang di media internasional, terutama karena format tersebut—jika benar terbentuk berpotensi mengubah struktur forum global yang selama ini dominasinya ke G7 dan G20.
Respons Rusia: Perlu Sikap Skeptis
Dari Moskow, pemerintah Rusia menyatakan belum menerima keterangan resmi dari Washington mengenai laporan itu. Juru bicara pemerintah Rusia mengatakan bahwa informasi semacam ini perlu sikap secara hati-hati.
Menurut Kremlin, laporan yang bersumber dari dokumen internal atau bocoran media perlu verifikasi lebih lanjut, terutama yang berkaitan dengan kebijakan strategis Amerika Serikat dan kemungkinan format kerja sama internasional baru.
Kremlin menambahkan bahwa hubungan Rusia dengan berbagai forum ekonomi global memang tengah menjadi perbincangan. Termasuk apakah negara itu akan kembali ke forum G7—yang sebelumnya sebagai G8 ketika Rusia menjadi anggota.
Rusia Pernah Masuk G8, Kini Menolak Kembali ke G7
Rusia pernah resmi masuk dalam kelompok G8 pada tahun 1998. Namun keanggotaannya dibekukan pada 2014 setelah Moskow menganeksasi Krimea. Langkah itu menuai kecaman dari negara-negara Barat dan membuat Rusia keluar dari forum tersebut.
Presiden Trump, yang saat itu masih menjabat, beberapa kali menyatakan bahwa mengeluarkan Rusia dari G8 adalah “kesalahan besar”. Pendapat itu sempat memicu perdebatan internasional karena melemahkan respons terhadap tindakan Moskow.
Meski demikian, Presiden Vladimir Putin baru-baru ini menyampaikan kepada India Today bahwa Moskow tidak berminat untuk kembali ke G7.
“Signifikansi kelompok itu terus menurun,” ujar Putin.
Pernyataan itu memberi gambaran bahwa Rusia tidak melihat G7 sebagai forum yang sesuai dengan dinamika geopolitik terkini, terlebih di tengah hubungan Moskow dengan Barat yang masih menegang.
Core 5: Format Baru atau Sekadar Spekulasi Media?
Hingga kini, belum ada konfirmasi resmi dari Washington mengenai gagasan Core 5. Namun, jika format tersebut benar-benar dikembangkan, dampaknya terhadap geopolitik global diperkirakan cukup signifikan: lima kekuatan besar dunia dalam satu forum dapat menggeser posisi G7 sebagai wadah utama koordinasi kebijakan global.
Keterlibatan Rusia dan China dalam forum yang dipimpin Amerika Serikat juga akan menjadi dinamika yang menarik, mengingat ketegangan antara Washington dan Beijing maupun Washington dan Moskow masih berlangsung.
Di sisi lain, India dan Jepang yang selama ini memiliki hubungan baik dengan Amerika Serikat disebut dapat berperan sebagai jembatan dalam forum tersebut.
Untuk saat ini, isu “Core 5” masih berada pada tahap spekulasi. Namun bocoran draf NSS itu menunjukkan bahwa Washington tengah memikirkan format baru dalam pengelolaan politik global.
(*)


