Tonton Video Langsung Tanpa Membaca Berita
Internasional

Amerika Dukung Filipina Usai Insiden Meriam Air di Laut China Selatan

POJOKNEGERI.COM – Amerika Serikat menyatakan dukungan penuh kepada Filipina setelah kapal-kapal nelayan negara Asia Tenggara itu menjadi sasaran meriam air penjaga pantai China di Laut China Selatan (LCS).

Insiden tersebut terjadi di perairan sekitar Escoda Shoal atau Sabina Shoal, wilayah yang masih menjadi sengketa antara Manila dan Beijing.

Pemerintah Filipina menyebut tindakan itu mengakibatkan sejumlah nelayan terluka dan kapal mengalami kerusakan.

Sementara itu, China membantah tudingan tersebut dan menegaskan klaim kedaulatannya atas wilayah yang sengketa.

Insiden di Sabina Shoal

Penjaga Pantai Filipina melaporkan insiden terjadi pada Jumat lalu ketika kapal-kapal nelayan Filipina beroperasi di perairan sekitar Sabina Shoal. Menurut laporan resmi, sedikitnya tiga nelayan mengalami luka-luka. Sementara dua kapal mengalami kerusakan signifikan akibat semburan meriam air bertekanan tinggi.

Filipina menyatakan kapal-kapal nelayan tersebut tengah melakukan aktivitas penangkapan ikan secara sah di wilayah yang diklaim Manila sebagai bagian dari zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina. Selain penggunaan meriam air, penjaga pantai China juga melakukan manuver berbahaya serta memotong tali jangkar kapal nelayan.

Untuk merespons situasi tersebut, Filipina mengerahkan dua kapal respons multiperan guna memberikan bantuan dan pengamanan kepada para nelayan di lokasi kejadian.

Pernyataan Resmi AS

Menanggapi insiden tersebut, Wakil Juru Bicara Utama Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Tommy Pigott, menyampaikan kecaman keras terhadap tindakan penjaga pantai China.

“Amerika Serikat mengutuk penembakan meriam air dan pemotongan tali jangkar nelayan Filipina di dekat Sabina Shoal oleh China. Tindakan agresif ini membahayakan warga Filipina yang mencari nafkah dari perikanan,” ujar Pigott, seperti pemberitaan Newsweek, Selasa (16/12/2025).

Pigott menegaskan bahwa Amerika Serikat berdiri bersama Filipina dalam menghadapi apa yang disebutnya sebagai taktik China yang semakin berbahaya dan berpotensi merusak stabilitas kawasan.

Filipina merupakan sekutu Amerika Serikat dalam perjanjian pertahanan bersama. Washington selama ini berulang kali menyatakan komitmen untuk mendukung Manila dalam menjaga keamanan dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik. Termasuk di Laut China Selatan.

Pernyataan Resmi Filipina

Juru bicara Penjaga Pantai Filipina, Jay Tarriela, menyebut insiden tersebut sebagai bentuk eskalasi yang membahayakan keselamatan awak kapal.

“Penjaga pantai China menargetkan sekitar 20 kapal nelayan dengan meriam air, melakukan manuver pemblokiran berbahaya, hingga memotong tali jangkar kapal,” ujar Tarriela.

Ia menambahkan bahwa tindakan tersebut terjadi di tengah kondisi arus laut yang kuat dan gelombang tinggi, sehingga meningkatkan risiko kecelakaan laut. Filipina menilai insiden ini sebagai pelanggaran serius terhadap keselamatan pelayaran dan hak nelayan sipil.

Pernyataan Resmi China

Di sisi lain, Penjaga Pantai China membantah tudingan Filipina. Juru bicara Penjaga Pantai China, Liu Dejun, menyatakan bahwa kapal-kapal Filipina telah melakukan tindakan provokatif di dekat atol yang Beijing sebut sebagai Xianbin Jiao.

Menurut Liu, langkah-langkah pengendalian yang diambil penjaga pantai China dilakukan sesuai dengan hukum dan regulasi China.

“Penjaga Pantai China akan terus melakukan operasi perlindungan hak dan penegakan hukum di perairan di bawah yurisdiksi China,” ujarnya.

China juga kembali menegaskan klaimnya atas Kepulauan Spratly dan perairan sekitarnya, yang memiliki “kedaulatan yang tak terbantahkan”.

Konteks Hukum Internasional

Ketegangan di sekitar Sabina Shoal tidak terlepas dari sengketa yang lebih luas di Laut China Selatan. China mengklaim sebagian besar wilayah perairan tersebut berdasarkan sebagai “hak historis”.

Namun, klaim tersebut telah diputuskan tidak memiliki dasar hukum oleh Pengadilan Arbitrase Permanen (Permanent Court of Arbitration) di Den Haag pada 2016, menyusul gugatan yang diajukan Filipina. Beijing menolak putusan tersebut dan menyatakan tidak mengakuinya.

Pengamat menilai insiden ini berpotensi meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan. Kawasan strategis yang menjadi jalur pelayaran internasional dan sumber daya laut penting. Keterlibatan Amerika Serikat melalui pernyataan dukungan kepada Filipina juga mencerminkan dinamika geopolitik yang semakin kompleks di kawasan Indo-Pasifik.

Meski belum ada indikasi eskalasi militer terbuka, penggunaan meriam air terhadap kapal nelayan sipil dinilai meningkatkan risiko insiden yang lebih serius di masa mendatang. Situasi ini juga memperlihatkan tantangan dalam menjaga stabilitas dan mencegah salah perhitungan di wilayah yang melibatkan banyak klaim tumpang tindih.

Hingga kini, belum ada pernyataan lanjutan mengenai langkah diplomatik konkret yang akan diambil oleh masing-masing pihak. Namun, insiden di Sabina Shoal kembali menegaskan bahwa Laut China Selatan tetap menjadi salah satu titik rawan konflik di Asia.

(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button