POJOKNEGERI.COM - Update berita terkini Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim).
Kota Balikpapan masih bebas dari varian baru dari COVID-19 yakni Omicron yang kini diketahui telah masuk ke Indonesia.
Sebelumnya Dinas Kesehatan Kota Balikpapan telah mengirimkan 2 sampel yang dikhawatirkan adalah varian baru yang penyebarannya yang lebih cepat dari pada varian sebelumnya ini.
Namun, Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Andi Sri Juliarty, mengonfirmasi, bahwa hasil sampel tersebut merupakan bukan varian Omicron.
"Alhamdulillah dua sampel yang kita kirim hasilnya tidak ada yang tergolong Omicron," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Andi Sri Juliarty.
Sampel ini dikhawatirkan Omicron sebab kedua orang tersebut merupakan kru kapal asing yang memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri.
Beberapa sampel yang mencurigakan dilakukan pemeriksaan dengan metode whole genome sequencing (WGS).
"Kemarin sampel yang dikirim karena ada perjalanan dari luar negeri, mereka adalah kru kapal asing," katanya.
Dengan adanya ini pihaknya pun lebih berhati-hsti dan tetap melakukan testing, tracking, hingga treatment untuk setiap kasus positif yang ditemukan.
"Pelacakan kepada pekerja yang masuk ke lokasi, karena sering terdeteksi saat mau masuk kerja," katanya.
Update Omicron di Indonesia
Update terbaru Omicron di Indonesia, Jumat (7/1/2022).
Terbaru, ada 254 kasus Omicron terdeteksi di Indonesia.
Dikutip dari situs kementerian kesehatan, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa penambahan kasus konfirmasi Omicron di Indonesia masih didominasi oleh WNI yang baru kembali dari perjalanan luar negeri.
Berdasarkan update kasus konfirmasi Omicron, Kemenkes mencatat ada 92 kasus konfirmasi baru pada 4 Januari 2021.
Kini total kasus Omicron menjadi 254 kasus terdiri dari 239 kasus dari pelaku perjalanan internasional (imported case) dan 15 kasus transmisi lokal.
“Mayoritas (penularan) masih didominasi pelaku perjalanan luar negeri. Dari hasil pemantauan, sebagian besar kondisinya ringan dan tanpa gejala. Gejala paling banyak adalah batuk (49%) dan pilek (27%),” kata dr Nadia.
Seperti yang kita tahu, Omicron memiliki tingkat penularan yang jauh lebih cepat dibandingkan varian Delta.
Sejak ditemukan pertama kali pada 24 November 2021 di Afrika Selatan, kini Omicron telah terdeteksi di lebih dari 110 negara dan diperkirakan akan terus meluas. Di level nasional, pergerakan Omicron juga terus meningkat sejak pertama kali dikonfirmasi pada 16 Desember 2021.
Sebagai bentuk kesiapsiagaan pemerintah dalam mencegah serta mengendalikan penularan varian Omicron. Kementerian Kesehatan menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.01/MENKES/1391/2021 tentang Pencegahan dan Pengendalian Kasus COVID-19 Varian Omicron (B.1.1.529) yang ditandatangani Menteri Kesehatan pada 30 Desember 2021.
Terbitnya aturan ini untuk memperkuat sinergisme antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, SDM Kesehatan dan para pemangku kepentingan lainnya sekaligus menyamakan persepsi dalam penatalaksanaaan pasien konfirmasi positif COVID-19.
Selain itu, Kemenkes juga mendorong daerah untuk memperkuat kegiatan 3T (Testing, Tracing, Treatment), aktif melakukan pemantauan apabila ditemukan cluster-cluster baru COVID-19 dan segera melaporkan dan berkoordinasi dengan pusat apabila ditemukan kasus konfirmasi Omicron di wilayahnya.
“Poin utama dari aturan ini untuk memperkuat koordinasi pusat dan daerah serta fasyankes dalam menghadapi ancaman penularan Omicron. Mengingat dalam beberapa waktu terakhir kasus transmisi lokal terus meningkat. Karenanya kesiapan daerah dalam merespons penyebaran Omicron sangat penting agar tidak menimbulkan cluster baru penularan COVID-19,” katanya.
(redaksi)