Internasional

Hubungan AS–Venezuela Memanas, Trump Klaim Hak Minyak Amerika

POJOKNEGERI.COM– Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Venezuela kembali memanas setelah Presiden Donald Trump secara terbuka menuduh Caracas telah merampas minyak, tanah, dan aset lain yang menurutnya merupakan kepentingan ekonomi milik Washington.

Dalam pernyataannya kepada wartawan pada Rabu (17/12/2025), Trump menegaskan bahwa langkah keras berupa blokade Angkatan Laut terhadap Venezuela merupakan upaya untuk merebut kembali hak-hak yang selama ini hilang.

“Venezuela mengambil hak minyak kami. Kami memiliki banyak minyak di sana. Mereka mengusir perusahaan kami, dan kami menginginkannya kembali,” kata Trump, seperti pemberitaan sejumlah media internasional.

Ia menuding pemerintahan AS sebelumnya lemah sehingga membiarkan Venezuela mengambil alih aset yang pernah perusahaan-perusahaan energi Amerika kuasai

“Mereka mengambilnya karena kita memiliki presiden yang mungkin tidak mengawasi. Tetapi mereka tidak akan melakukan itu lagi. Kami menginginkannya kembali,” imbuhnya.

Latar Belakang Nasionalisasi Minyak Venezuela

Industri minyak Venezuela memang memiliki sejarah panjang terkait perebutan kepentingan antara negara dan perusahaan asing. Pada tahun 1976, pemerintah Venezuela menasionalisasi sektor minyak dengan membentuk perusahaan milik negara, Petróleos de Venezuela S.A. (PDVSA). Langkah ini mengakhiri kepemilikan langsung asing atas cadangan minyak. Meski perusahaan internasional masih diizinkan beroperasi melalui kontrak layanan.

Situasi semakin berubah drastis di bawah kepemimpinan Presiden Hugo Chávez pada 2007. Pemerintah Venezuela mengambil alih kendali mayoritas atas proyek-proyek minyak besar, memaksa perusahaan asing menerima persyaratan baru yang lebih ketat. Beberapa perusahaan energi Barat, termasuk ExxonMobil dan ConocoPhillips, memilih hengkang dari Venezuela dan kemudian mengajukan klaim arbitrase internasional atas kerugian yang mereka alami. Sejak saat itu, hubungan ekonomi antara Caracas dan Washington semakin memburuk.

Konfrontasi terbaru antara AS dan Venezuela terjadi di tengah meningkatnya kehadiran militer AS di kawasan Karibia. Sejak September 2025, pasukan AS melancarkan operasi terhadap kapal-kapal yang terlibat dalam penyelundupan narkoba. Operasi tersebut menewaskan lebih dari 80 orang. Trump menuduh pemerintah Venezuela melindungi “teroris narkotika”, sebuah tuduhan yang berulang kali dibantah oleh Caracas (Ibu Kota Venezuela)

Pada Selasa (16/12/2025), Trump mengumumkan kebijakan lebih keras berupa “blokade total dan lengkap” terhadap semua kapal tanker minyak yang dikenai sanksi dan keluar masuk Venezuela. Menurutnya, langkah ini akan terus diberlakukan sampai Venezuela mengembalikan minyak, tanah, dan aset lain yang diklaim telah dicuri dari Amerika Serikat.

Respons Keras dari Caracas

Pemerintah Venezuela segera mengecam kebijakan blokade tersebut. Caracas menilai tindakan AS ilegal, melanggar hukum internasional, prinsip perdagangan bebas, serta kebebasan navigasi di laut. Wakil Presiden Venezuela, Delcy Rodríguez, menegaskan bahwa minyak dan sumber daya mineral Venezuela adalah milik rakyat dan negara berdaulat. “Venezuela tidak akan pernah lagi menjadi koloni kekaisaran atau kekuatan asing mana pun,” ujarnya.

Rodríguez menambahkan bahwa tuduhan Trump tidak berdasar dan merupakan bentuk agresi ekonomi serta politik terhadap Venezuela. Pemerintah Maduro menilai langkah AS sebagai upaya untuk menekan Caracas di tengah krisis ekonomi dan politik yang masih berlangsung di negara tersebut.

Dampak Geopolitik dan Ekonomi

Langkah Trump ini diperkirakan akan memperburuk hubungan bilateral yang sudah lama tegang. Venezuela, yang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, selama bertahun-tahun menjadi medan perebutan kepentingan antara kekuatan Barat dan pemerintah nasionalis yang berkuasa. Blokade minyak berpotensi menambah tekanan terhadap perekonomian Venezuela yang sudah terpuruk akibat sanksi internasional, inflasi tinggi, serta penurunan produksi minyak.

Di sisi lain, kebijakan ini juga dapat memicu ketidakstabilan di pasar energi global. Harga minyak dunia sensitif terhadap isu geopolitik, dan setiap ancaman terhadap pasokan dari Venezuela bisa berdampak pada fluktuasi harga. Negara-negara sekutu AS maupun mitra dagang Venezuela kemungkinan akan menghadapi dilema diplomatik terkait sikap mereka terhadap kebijakan baru Washington.

(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button