DaerahSamarinda
Sedang tren

Melalui Program Genting, Samarinda Perkuat Pencegahan Stunting

POJOKNEGERI.COM – Wakil Wali Kota Samarinda, Saefuddin Zuhri menyerahkan bantuan mitra kerja Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kota Samarinda. Penyerahan bantuan ini di Kecamatan Samarinda Seberang dan Samarinda Kota, Rabu, (17/12/2025).

Dalam kesempatan ini, ia menegaskan komitmen Pemkot Samarinda dalam mempercepat penurunan angka stunting melalui Program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting). 

Menurutnya, program ini bukan sekadar sosialisasi, melainkan gerakan nyata yang melibatkan masyarakat untuk melindungi tumbuh kembang anak-anak berisiko stunting.

“Atas nama Pemerintah Kota Samarinda, saya menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan ini karena bertujuan menggerakkan partisipasi masyarakat dalam mencegah stunting melalui peran orang tua asuh yang peduli terhadap tumbuh kembang anak-anak di lingkungannya,” ujar Saefuddin dalam sambutannya.

Menurut Saefuddin, stunting bukan semata persoalan kesehatan, melainkan persoalan kualitas sumber daya manusia yang berdampak jangka panjang terhadap pembangunan daerah. Anak-anak yang mengalami stunting berisiko mengalami keterlambatan perkembangan fisik dan kognitif, sehingga berpengaruh pada daya saing daerah di masa depan.

Pencegahan Stunting harus Berkelanjutan

Karena itu, ia menekankan bahwa pencegahan stunting harus secara kolektif dan berkelanjutan, melibatkan pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan seluruh pemangku kepentingan.

“Program Genting tidak hanya sebatas sosialisasi, tetapi melibatkan aksi nyata. Dari sinilah kita membangun kesadaran kolektif bahwa mencegah stunting adalah tanggung jawab bersama,” kata Saefuddin.

Ia juga mengingatkan agar penyerahan bantuan kepada keluarga dengan anak berisiko stunting tidak berhenti pada aspek material. Edukasi mengenai pentingnya gizi seimbang, pola asuh yang tepat, serta kesehatan reproduksi harus berjalan seiring.

“Penanganan stunting tidak cukup dengan bantuan saja, tetapi juga edukasi dan perubahan perilaku hidup sehat di dalam keluarga,” tegasnya.

Saefuddin berharap Program Genting dapat berkembang menjadi gerakan yang lebih masif, sehingga semakin banyak keluarga berisiko stunting yang mendapatkan pendampingan secara berkelanjutan. Ia menilai kolaborasi lintas organisasi perangkat daerah (OPD), dunia usaha, donatur, dan masyarakat menjadi kunci percepatan penurunan stunting di Kota Samarinda.

Integrasi Program

Sementara itu, Kepala DP2KB Kota Samarinda, Deasy Evriyani, menjelaskan bahwa Program Genting merupakan bagian dari quick wins Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga). Program ini terintegrasi dengan berbagai kebijakan nasional dan daerah dalam upaya percepatan penurunan stunting.

“Program Genting ini menjadi terobosan bahwa penanganan stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama seluruh sektor,” ujar Deasy.

Ia menyebutkan, Program Genting terintegrasi dengan sejumlah inisiatif lain, seperti Dapur Sehat Atasi Stunting (Dasyat). Serta program prioritas DP2KB lainnya, antara lain GATI, Tamasya, dan pengembangan Super App layanan keluarga. Pendekatan yang bersifat pentahelix, melibatkan pemerintah, masyarakat, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, media massa, hingga sektor swasta sebagai mitra donatur.

Data dan Target

Berdasarkan data Pemerintah Kota Samarinda, saat ini terdapat lebih dari 290.000 keluarga berisiko stunting di wilayah tersebut. Melalui Program Genting, pemerintah berupaya menghimpun dukungan berbagai pihak agar keluarga-keluarga tersebut memperoleh bantuan dan pendampingan secara berkelanjutan.

Bantuan dalam Program Genting terbagi ke dalam dua skema, yakni nutrisi dan non-nutrisi. Bantuan nutrisi diberikan selama 90 hari berturut-turut tanpa terputus. Dengan sasaran bayi di bawah dua tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui.

“Target intervensi tahun ini sebanyak 1.331 keluarga, dengan total penerima manfaat mencapai 2.461 keluarga. Namun, masih terdapat kekurangan sekitar 700 keluarga yang akan dipenuhi hingga 2026,” jelas Deasy.

Selain bantuan nutrisi, Pemkot Samarinda juga menyiapkan intervensi non-nutrisi berupa pembangunan jamban sehat, penyediaan akses air bersih, serta perbaikan rumah tidak layak huni. Ketiga aspek tersebut dinilai krusial karena berpengaruh langsung terhadap kesehatan lingkungan keluarga berisiko stunting.

Untuk memperkuat upaya tersebut, DP2KB juga mengoptimalkan program Kampung Keluarga Berkualitas yang tersebar di 59 kelurahan. Data bayi dan keluarga berisiko stunting yang terverifikasi akan menjadi fondasi perencanaan program ke depan. Termasuk penyusunan rencana kerja masyarakat yang menghimpun berbagai permasalahan keluarga berisiko stunting.

Rencana kerja tersebut selanjutnya akan dikolaborasikan dengan program pembangunan daerah, seperti Program Prabobaya. Serta disinergikan dengan kegiatan OPD terkait, termasuk program bedah rumah, penyediaan air bersih, dan sanitasi.

Pemkot Samarinda menargetkan angka stunting turun menjadi 18 persen pada 2025 dan 14 persen pada 2030. Saat ini, prevalensi stunting di Samarinda masih berada di kisaran 20,3 persen, atau sekitar dua persen di atas target 2025.

“Pencegahan stunting bukan hanya soal bantuan fisik, tetapi juga edukasi dan perubahan perilaku. Itulah yang terus kami dorong melalui berbagai program agar mata rantai stunting bisa diputus dan anak-anak Samarinda tumbuh dengan gizi normal,” pungkas Deasy.

(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button