Jumat, 31 Januari 2025

Berita Internasional Terkini

5 'Cepu' yang Sukses Merubah Sejarah Dunia, Siapa Saja Mereka?

Selasa, 28 Januari 2025 10:4

CEPU INTERNASIONAL - Benjamin Franklin terkenal sebagai founding father atau bapak pendiri Amerika Serikat. Perannya sebagai cepu terjadi ketika ketegangan meningkat di antara koloni Amerika dan Parlemen Inggris. (Britannica.com)

POJOKNEGERI.COM - Inilah kisah para "Cepu" yang punya andil besar mengubah sejarah peradaban manusia.

Cepu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI Daring diartikan sebagai informan pihak kepolisian.

Kata ini kemudian mengalami pergeseran makna saat menjadi bagian dari bahasa gaul yang kerap dipakai anak-anak muda dengan arti sang pengadu.

Nyatanya seorang 'cepu' tidak hanya hadir di masa modern.

Sepanjang sejarah ada berbagai sosok pengadu yang punya peran penting dan mampu mengubah sejarah.

Pengadu menjadi penyeimbang penting bagi kerakusan korporasi dan politik sejak jaman dahulu.

Mereka dalam daftar ini bak seorang agen yang mampu mengungkap korupsi dan ketidakadilan yang ada.

Dikutip dari Mental Floss, berikut ini 5 cepu atau pengadu Amerika Serikat (AS) yang berperan penting dalam sejarah:

Benjamin Franklin terkenal sebagai founding father atau bapak pendiri Amerika Serikat.

Perannya sebagai cepu terjadi ketika ketegangan meningkat di antara koloni Amerika dan Parlemen Inggris.

Sebagai seorang revolusioner Amerika, Franklin sempat memperoleh serangkaian surat yang memaparkan fakta tentang gubernur dan wakil gubernur Providence of Massachusetts Bay Thomas Hutchinson dan Andrew Oliver antara tahun 1768 dan 1769.

Surat itu memberikan bukti bahwa Hutchinson dan Oliver telah salah mengartikan kerusuhan sipil di Massachusetts Bay.

Keduanya juga diketahui mencari dukungan dari kerajaan Inggris untuk menumpas para pembangkang kolonial.

Franklin, yang saat itu tinggal di London mencoba membongkar informasi itu kepada dunia.

Info itu akhirnya diterbitkan Boston Gazette pada Juni 1733.

Kabar itu membuat para kolonis marah dan membakar patung Hutchinson dan Oliver di Boston Commons.

Awalnya, identitas Franklin sebagai pengadu dirahasiakan.

Tetapi pada akhirnya Franklin yang pada saat itu juga dikenal sebagai ilmuwan mengakui perannya dalam kekacauan tersebut, setelah rekannya John Temple dituduh dan ditantang berduel oleh William Whatley.

Setelah mendapat kecaman dari publik dan Jaksa Agung Alexander Wedderburn, Franklin pindah ke Amerika.

Ia juga secara permanen menjadi pendukung setia gerakan kemerdekaan Amerika dan mendapat julukan bapak pendiri AS.

Karen Silkwood adalah seorang teknisi laboratorium di perusahaan energi Kerr-McGee Corporation.

Ia menemukan banyak pelanggaran kesehatan dan keselamatan yang membahayakan karyawan.

Setelah terpilih jadi panitia perundingan untuk organisasi Oil, Chemical, & Atomic Workers Union pad 1974, Silkwood melakukan penyelidikan.

Penyelidikan dilakukan terkait produksi batang bahan bakar nuklir yang cacat di pabrik tersebut.

Silkwood juga melakukan tes kesehatan mandiri kepada dirinya.

Hasilnya disebutkan bila ia terkontaminasi plutonium lebih dari 400 kali batas legal.

Silkwood menduga kontaminasi ini sengaja dilakukan pabrik karena ia sempat mengungkap kejahatan Kerr-McGee.

Kehidupan Silkwood juga berakhir tragis karena kecelakaan mobil yang misterius.

Diceritakan kala itu, Silkwood akan bertemu dengan reporter New York Times untuk melaporkan temuannya.

Karena hal ini, beberapa orang berspekulasi bahwa Kerr-McGee yang mengatur kematian Silkwood untuk membungkamnya.

Spekulasi ini semakin liar karena ketika jasa Silkwood ditemukan, sejumlah dokumen bukti kejahatan Kerr-McGee ikut hilang.

Namun, pada akhirnya pabrik itu ditutup permanen setahun setelah kematiannya.

Dari kejadian ini juga timbul seruan kepada pemerintah setempat untuk mengeluarkan peraturan tentang nuklir yang lebih ketat.

Ida Tarbell melihat bisnis kilang minyak milik ayahnya dianeksasi (pengambilan dengan paksa) oleh perusahaan Standard Oil milik JD Rockefeller.

Keadaan ini kemudian dikenal sebagai Pembantaian Cleveland yang akhirnya menumbuhkan ideologi anti monopoli di diri Tarbell.

Setelah dewasa, Tarbell menjadi penulis di majalah Amerika McClure's Magazine.

Di sana ia mulai menulis berbagai artikel investigasi tentang kejahatan di Amerika Serikat.

Sampai ia tertarik dengan kasus monopoli pasar minyak yang dilakukan oleh Standard Oil.

Penyelidikan Tarbell kemudian diterbitkan dalam buku The History of the Standard Oil Company.

Ia menyelidiki sejarah Rockefeller dan Standard Oil dan mengungkap beberapa praktik bisnis ilegal.

Bahkan Rockefeller tak ragu melumpuhkan bisnis pesaing.

Karya Tarbell sempat memicu kemarahan publik pada Rockefeller sehingga investigasinya cepat dilakukan.

Paparan Tarbell akhirnya membantu penerapan undang-undang antimonopoli formatif AS.

Mantan Wakil Direktur FBI, Mark Felt memainkan peran penting dalam kehancuran mendadak pemerintahan Richard Nixon, Presiden AS ke-37.

Kehancuran ini disusul dengan skandal Watergate.

Skandal Watergate berhubungan dengan kejadian kampanye pemilihan ulang presiden AS.

Kala itu perampok diketahui mampu membobol kantor Komite Nasional Demokrat di kompleks Watergate.

Nixon dan pemerintahannya memulai kampanye besar-besaran untuk menutupi keterlibatan mereka. Tetapi, kebenaran akhirnya terungkap.

Felt disebutkan mulai membocorkan informasi seputar investasi FBI kepada wartawan The Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein.

Mengingat Nixon tidak akan mau dimintai pertanggungjawaban.

Setelah tetap anonim selama lebih dari 30 tahun, Felt yang saat itu berusia 91 tahun mengungkapkan dirinya dalam sebuah artikel Vanity Fair pada 2005.

Putri Felt telah berhasil meyakinkannya untuk mengungkapkan perannya secara terbuka sebelum meninggal.

Usai fakta terungkap, Woodward dan Bernstein ikut angkat bicara. Keduanya mendukung klaim Felt.

Menurut hukum AS tahun 1980, Felt telah melanggar hak-hak sipil warga negara Amerika karena melakukan penggeledahan yang tidak sah.

Beberapa orang berspekulasi bahwa Felt membocorkan informasi Watergate tidak sepenuhnya altruistik (sukarela untuk menolong publik).

Publik menilai Felt melakukan hal itu untuk memajukan kariernya sendiri di FBI.

Analis militer AS Daniel Ellsberg menggemparkan negaranya dengan dokumen yang menjelaskan operasi rahasia AS selama Perang Vietnam.

Dokumen setebal 7 ribu halaman itu kemudian dikenal sebagai Pentagon Papers.

Isi Pentagon Paper menjelaskan penipuan publik yang dilakukan pemerintah AS dan peran pemerintah dalam pemilihan Ngo Dinh Diem.

Ngo Dinh Diem adalah presiden Vietnam Selatan (sebelum akhirnya dibunuh dalam kudeta pada 1963).

Karena pengaduan publik yang dilakukan Ellsberg, Unit Investigasi Khusus Gedung Putih membobol kantornya.

Pembobolan ini berujung hukuman pada Ellsberg berdasarkan Undang-Undang Spionase 1971.

Ia menerima tuduhan seperti spionase, pencurian, dan serangkaian tuduhan cabul.

Tetapi pada akhirnya tuduhan ini dibatalkan karena Unit Investasi Khusus Gedung Putih memperoleh bukti secara ilegal. (*/Detik)

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
pojokhiburan