Berdasarkan konsensus di Indonesia, yang disebut kain batik adalah batik tulis, batik cap, serta kombinasi batik tulis dan batik cap.
Sementara untuk batik printing disebut sebagai tekstil bermotif batik, bukan batik. Mengapa?
“Sebab, proses pembuatannya tidak menggunakan cairan malam panas dan bukan warisan nenek moyang. Teknologi printing ini baru dikenal oleh Indonesia sejak sekitar tahun 1970,” kata William.
2. Hanya budaya batik Indonesia yang sudah diakui UNESCO
Budaya batik sesungguhnya bisa ditemukan di banyak negara, termasuk Cina, India, Jepang, Malaysia, Sri Lanka, dan Afrika Barat.
Karena itu, batik pun merupakan budaya dunia. Namun, dari sekian banyak budaya batik di dunia, yang sudah diakui sebagai warisan budaya tak benda dunia oleh UNESCO adalah batik Indonesia.
Dalam inskripsi UNESCO dijelaskan bahwa budaya batik itu harus memenuhi berbagai kriteria, termasuk tinjauan sejarah bahwa sudah sejak lama budaya batik melebur dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Terkait dengan budaya batik, berarti teknik membatiknya pun diakui oleh UNESCO, yaitu menggunakan alat canting dan cap untuk menorehkan cairan malam panas.
“Penegasan ‘cairan malam panas’ ini menjadi penting, karena belakangan beredar pula batik dengan teknologi printing yang memakai malam dingin, yang dapat disalahgunakan sehingga seakan-akan batik tulis,” tutur William.
Ia memandang, pengakuan UNESCO terhadap budaya batik Indonesia menjadikan batik Indonesia punya brand image yang kuat.
Namun, brand image tersebut masih belum dioptimalkan. Padahal, dengan bekal brand image tersebut, Indonesia bisa mengembangkan batik di level internasional.
“Pengakuan UNESCO merupakan kesempatan berharga untuk melestarikan dan mengembangkan budaya batik sebagai warisan nenek moyang Indonesia sesuai perkembangan zaman.” ujarnya.
3. Menyimpan sejarah budaya sangat panjang
G.P. Rouffaer, peneliti dari Belanda, memperkirakan, budaya batik Indonesia diperkenalkan dari India atau Sri Lanka pada abad ke-6 atau ke-7 Masehi.
Namun, pendapat ini sulit dikonfirmasi.
“Yang jelas, sejak zaman Sultan Agung, sekitar tahun 1600-an, istilah ‘batik’ muncul dalam dokumen tertulis,” kata William.
Agak sulit menelusuri sejak kapan batik Indonesia mulai lahir. Karena, iklim Indonesia yang cenderung lembap membuat kain tidak mungkin disimpan lama.
William memperkirakan, secara umum koleksi tertua kain batik Indonesia berusia sekitar 200 - 300 tahun.
Dengan demikian, kita tidak bisa lantas mengklaim bahwa teknik batik pasti berasal dari Indonesia.
“Lain halnya dengan canting. Alat membatik ini memang ditemukan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Berkat canting, batik jadi sangat rapi dan halus, karena ujung canting itu serupa ujung pulpen dan memiliki beberapa ukuran. Sebelum canting ditemukan, orang membatik dengan bambu atau kayu yang diruncingkan, sehingga hasilnya tidak bisa rapi,” kata William.