POJOKNEGERI.COM - Pasca dilantik sebagai Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) ke-47, Donald Trump berencana untuk mengenakan tarif tinggi pada barang impor sejumlah negara, termasuk Uni Eropa.
Peringatan keras itu disampaikan Trump melalui pidato virtual di hadapan para eksekutif Eropa pada World Economic Forum di Davos.
Dalam keterangan resmi yang dikutip Al Jazeera, Trump menjelaskan bahwa pihaknya tengah bersiap untuk memberlakukan tarif tinggi kepada Eropa.
"Mereka memperlakukan kita dengan sangat, sangat buruk. Jadi, mereka akan dikenai tarif," kata Trump tentang UE.
"Anda tidak akan mendapatkan keadilan kecuali Anda melakukan itu."
Trump berdalih langkah ini dilakukan guna memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan antara UE dengan Amerika, lantaran negara-negara di Kawasan Uni Eropa memiliki surplus perdagangan yang mengkhawatirkan dengan Amerika Serikat.
Tak dijelaskan secara rinci berapa besaran tarif yang akan dipatok dan kapan kebijakan akan diberlakukan.
Namun merespon ancaman terbaru Trump, Komisaris ekonomi UE berjanji pekan ini bahwa blok tersebut siap untuk membela kepentingannya.
Sementara itu, berbicara pada pertemuan tahunan elite global di Davos, Swiss, kepala Uni Eropa Ursula von der Leyen menyatakan bahwa Eropa siap berunding dengan Trump.
Uni Eropa juga akan menanggapi setiap tarif yang dikenakan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dengan cara yang proporsional.
Kebijakan seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan Trump, sebelumnya presiden AS ini telah lebih dulu memberlakukan tarif sebesar 10 persen pada impor barang-barang buatan Tiongkok, berlaku mulai 1 Februari 2025.
Masih belum jelas dasar hukum apa yang akan digunakan Trump untuk memberlakukan tarif baru ini.
Namun Trump berdalih penerapan tarif impor dilakukan untuk menghentikan perdagangan fentanyl dan bahan kimia berbahaya, yang menyebabkan puluhan ribu kematian akibat overdosis setiap tahun di AS
Bahkan Trump juga mengancam pengenaan tarif sebesar 25 persen terhadap Meksiko dan Kanada jika mereka gagal membantu AS mengamankan perbatasannya.
Kebijakan Trump yang agresif menargetkan Tiongkok pada masa jabatan pertamanya terkait perdagangan, belakangan memicu ketegangan yang mengubah rantai pasok dan ekonomi global.
Banyak ekonom mengatakan bahwa langkah-langkah tersebut dapat menyebabkan harga lebih tinggi bagi warga AS dan merugikan perusahaan-perusahaan yang terkena balasan dari luar negeri.
Kebijakan Trump Bisa Bikin RI Untung
Meski implementasi kebijakan tarif Trump dinilai memicu terjadinya perang harga, namun Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Dyah Roro Esti. melihat adanya peluang positif bagi Indonesia seandainya kebijakan itu jadi diterapkan
Dengan menggunakan skenario proteksionisme Trump, maka Indonesia dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 0,0020 persen.
Sementara impor dimungkinkan meningkat 0,145 persen dan investasi dapat meningkat 0,04 persen.
Lebih dari itu, ia meyakini Amerika Serikat masih jadi sahabat lama bagi Indonesia.
Sejalan dengan sikap Pemerintah RI, yang berdiri di posisi tengah dalam isu perang dagang antara Amerika Serikat dan China
Tentunya hal ini diharapkan bisa membuat hubungan bilateral antara negara Indonesia dan Amerika Serikat bisa tetap berjalan baik.
Karena selama ini siapapun presiden, negara Indonesia tetap berteman dengan Amerika Serikat.
Artikel ini telah tayang di YouTube Pojok Negeri Media: https://www.youtube.com/watch?v=Rp78DjFzG0k
(*)