POJOKNEGERI.COM - Belakangan ini Prabowo Subianto terus dikaitkan dengan Khofifah Indar Parawansa, baik sebagai Ketua Tim Pemenangan, maupun sebagai bakal calon wakil presiden.
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani angkat bicara soal peluang bakal calon presiden Koalisi Indonesia Maju Prabowo Subianto berpasangan dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
“Semua kriteria yang mengarah pada nama akan Pak Prabowo sampaikan pada partai koalisi, supaya menjadi keputusan bersama,” ucap Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, dikutip dari Kompas.com.
Di sisi lain, Ketua Umum Prabowo Mania 08 Immanuel Ebenezer atau Noel ingin Prabowo Subianto memilih Khofifah Indar Parawansa atau Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sebagai pendampingnya dalam Pipres 2024 mendatang.
Menurutnya, apabila Prabowo menggandeng Khofifah, maka ia akan mendapatkan dukungan dari kalangan ibu-ibu atau wanita.
Sebelumnya, relawan juga mengharapkan agar bacawapres Prabowo berasal dari kalangan Nahdlatul Ulama.
"Jadi artinya kita melihat kalau seandainya ibu-ibu sudah terorganisir di bawah kepemimpinan bu Khofifah, saya yakin tuh emak-emak yang lain ngikut. Apalagi Muslimat NU kan terorganisir, kita harus akui biar gimanapun 2024 Pak Prabowo butuh suara NU," tegas Immanuel Ebenezer.
Sosok personal keduanya disebut memiliki energi yang bagus bagi Prabowo. Selain itu, ia juga menyebut sosok Mahfudz Md yang berpeluang sebagai bacawapres Prabowo.
Pertanyaanya, Mengapa harus Khofifah?
Wanita aktivis yang memiliki segudang pengalaman pemerintahan ini, mewakili provinsi yang berpenduduk besar.
Ia Gubernur Jawa Timur.
Ia juga merepresentasi organisasi keagamaan yang sangat besar dan berpengaruh, Nahdlatul Ulama, sekalian simbol kekuatan kaum perempuan, Muslimat, sebab ia ketua organisasi tersebut.
Deskripsi empirik yang dimiliki Khofifah tersebut, nampaknya membuat Prabowo Subianto yakin atas pilihannya pada Khofifah.
Lantas, kita pun semua bertanya, bagaimana dengan Erick Thohir, yang menurut berbagai versi konon adalah titipan Presiden Joko Widodo?
Prabowo Subianto, sudah berkalkulasi matang tentang itu, Tentu ia sudah menyiapkan jawaban dengan kalkulasi praktis untuk Presiden Jokowi.
Mau menang atau kalah?
Lagi-lagi, kita semua bisa mengajukan pertanyaan berikut:
apakah Khofifah sudah mendapat restu dan izin dari Presiden Joko Widodo?
Bila Khofifah benar-benar menerima ajakah Prabowo, maka restu dan izin dari kekuasaan pun pasti sudah dikantonginya.
Bila Ganjar Pranowo kelak akan berpasangan dengan Mahfud MD, maka pertarungan antara warga dan kader Nahdliyin akan kian seru.
Pasangan Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin adalah orang NU.
Khofifah adalah kader NU, Mahfud MD juga demikian.
Ini mengulangi kontestasi pemilihan umum presiden 2004:
Hamzah Haz (NU) berpasangan dengan Agum Gumelar, Salahuddin Wahid (NU) berpasangan dengan Wiranto, Hasyim Muzadi (Ketua Umum NU) berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla (NU) berpasangan dengan SBY.
Satu-satunya pasangan yang bukan warga Nahdliyin ketika itu, ialah Amien Rais yang berpasangan dengan Siswono Yudhohusodo.
Pemilihan presiden kali ini, pasti sangat seru di kalangan Nahdliyin lagi.
Bila ternyata nantinya terbukti Prabowo menetapkan Khofifah sebagai pendampingnya dalam Pilpres 2024, tentu kita semua mengajukan pertanyaan lanjutan:
bagaimana PAN yang mengajukan Erick Thohir dan Partai Golkar yang juga membayangkan Airlangga Hartarto sebagai pendamping Prabowo?
Apakah kedua partai pengusung tersebut bakal mengundurkan diri dari koalisi pendukung Prabowo?
Diyakini, itu tidak bakal terjadi karena waktu untuk mencari koalisi baru sudah hampir habis.
Memulai sesuatu yang baru amat pelik karena butuh waktu panjang untuk saling menyesuaikan.
Lagi pula, bila kedua partai tersebut keluar dari koalisi, Prabowo Subianto tetap bisa maju menjadi calon karena koalisi Partai Gerindra bersama Partai Demokrat, batas minimum perolehan partai untuk mencalonkan presiden/wakil presiden, tetap terpenuhi.
Malah, sebelum Prabowo mencanangkan koalisi dengan PKB, nama Khofifah mendampingi Prabowo sudah berhembus kencang.
Hanya ketika itu, Khofifah belum berani menyatakan setuju, karena pengaruh kekuasaan atas dirinya, masih sangat dominan.
Kali ini, duet Prabowo-Khofifah, ibarat cinta lama bersemi kembali.
Bagaimana bila Khofifah tiba-tiba diminati juga oleh Ganjar Pranowo?
Isu ini mulai berhembus juga.
Nah, ini sepenuhnya tergantung pada Khofifah.
Yang pasti, dalam pemilihan umum presiden/wakil presiden kali ini, harga kader-kader NU meroket tinggi.
Permintaan pasar datang silih berganti, susul menyusul, tanpa henti.
Ini semua karena posisi NU secara geografis, berpusat di Jawa Timur, yang memiliki populasi terbesar kedua di republik kita.
Para calon mungkin berprinsip: sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. (redaksi)