POJOKNEGERI.COM - Duluan mana telur atau ayam? ini adalah pertanyaan legendaris yang sudah muncul puluhan tahun lalu hingga saat ini.
Bahkan, misteri duluan mana telur atau ayam? belum dapat dipecahkan.
Namun, kini ada jawabannya tentang pertanyaan sepanjang masa yang menjadi teka-teki ini.
Dilansir dari Merdeka.com, kita butuh ayam untuk mendapatkan telur, tapi ayam berasal dari telur.
Akhirnya kita hanya berputar-putar tanpa ujung pangkal.
Tapi kini kita tidak perlu lagi gelisah dengan pertanyaan itu.
Sains, lebih tepatnya evolusi biologi, bisa menjawab pertanyaan ruwet itu.
Dikutip dari laman Science.org.au, telur sejak dulu sudah ditemukan pada hewan.
Secara teknis, telur adalah wadah yang memiliki lapisan di mana embrio dapat tumbuh berkembang hingga mampu bertahan hidup dengan sendirinya.
Tapi mari fokus pada telur unggas yang kita kenal sekarang.
Telur pertama kali muncul melalui evolusi jutaan tahun lalu.
Sebelum ada telur, hewan mengandalkan air untuk reproduksi, menyimpan telur mereka di dalam genangan air atau lingkungan yang lembap supaya telur tidak kering.
Pada satu titik, ada telur yang mulai berevolusi dan memiliki tiga lapisan di dalamnya.
Ketiga lapisan yang memiliki fungsi berbeda itu menjadi prasyarat terbentuknya kehidupan baru dari sebuah embrio tanpa membutuhkan lingkungan yang berair di sekitarnya.
Ketiga lapisan telur itu pun berkembang dan akhirnya nenek moyang terakhir dari tetrapoda (hewan berkaki empat yang punya tulang belakang) dan amniote (hewan berkaki empat dengan tulang belakang dan bisa bertelur) hidup sekitar 370-340 juta tahun lalu.
Sejumlah sumber lain menyebut spesies amniote yang pertama hidup sekitar 312 juta tahun lalu.
Mamalia, reptil, dan unggas saat ini semua adalah keturunan dari amniote yang pertama.
Ayam pertama yang pernah ada tentu berasal dari mutasi genetik yang terjadi dari sebuah zigot yang berasal dari dua hewan pra-ayam.
Ini artinya dua hewan pra-ayam itu kawin dan menggabungkan DNA mereka untuk membentuk sel pertama bagi ayam pertama di dunia.
Dalam prosesnya mutasi genetik terjadi pada sel pertama itu dan mutasi itu menggandakan dirinya sampai embrio ayam itu tumbuh.
Hasilnya? Ayam pertama di dunia.
Jadi hewan apa yang jadi asal muasal ayam pertama?
Jawabannya adalah ayam hutan merah yang berasal dari kawasan Asia Tenggara, termasuk India, selatan China, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Ayam hutan merah itu kemudian diyakini dipelihara manusia di Asia hingga menyebar ke seluruh dunia.
Bukti arkeologi menyatakan ayam hutan merah pertama kali dipelihara sekitar 10.000 tahun lalu meski analisis DNA dan simulasi matematika menyatakan ayam yang dipelihara asalnya berbeda dengan ayam hutan yang muncul lebih awal (diperkirakan 58.000 tahun lalu).
Kembali ke pertanyaan awal: dengan adanya telur amniote yang sudah muncul sekitar 340 juta tahun lalu dan ayam pertama sekitar 58.000 tahun silam, rasanya cukup aman mengatakan telur lebih dulu dari ayam.
Tapi tunggu dulu.
Apakah memang tidak ada ilmuwan yang mengatakan ayam muncul lebih dulu dari telur?
Bagaimana jika pertanyaannya lebih spesifik, mana yang lebih dulu: telur ayam atau ayam?
Keresahan semacam itulah yang akhirnya membuat sejumlah peneliti mempelajari bagaimana kulit telur ayam atau cangkang telur terbentuk.
Kulit telur ayam terbuat dari unsur kalsium karbonat.
Ayam mendapatkan pasokan kalsium dari makanannya.
Untuk membentuk cangkang, kalsium disimpan dalam bentuk kristal kalsium karbonat dan ayam harus mengonsumsi protein tertentu untuk menjalani proses ini.
Salah satu protein pembentuk cangkang itu bernama ovocleidin-17 (OC-17) yang ada di dalam ovarium ayam, sehingga kondisi ini bisa menjadi jawaban bahwa ayam ada lebih dulu dari telur. Tanpa adanya protein itu maka proses pembentukan telur tidak akan terjadi.
Pada akhirnya memang pertanyaan sepanjang masa itu sebetulnya juga adalah sebuah dikotomi meresahkan.
Telur memang lebih dulu ada sebelum ayam.
Tapi sebetulnya lebih dulu ayam daripada telur ayam.
Jika harus memilih, maka berdasarkan bukti evolusi, kesimpulannya adalah: telur lebih dulu dari ayam.
(redaksi)