POJOKNEGERI.COM - Penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) akan dilakukan PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) pada tahun ini.
IPO sendiri merupakan kondisi ketika emiten menjual sebagian sahamnya pada publik atau masyarakat umum.
IPO bertujuan untuk mendapatkan dana tambahan untuk melancarkan operasional perusahaan atau mempercepat kegiatan ekspansi.
Melansir CNA, Kamis (5/1), IPO ditargetkan mengumpulkan sekitar US$500 juta atau setara Rp7,8 triliun (asumsi kurs Rp15.603 per dolar).
Dana hasil IPO akan digunakan anak usaha BUMN pupuk itu untuk ekspansi perusahaan.
Setidaknya dua bank telah disebutkan untuk kesepakatan yang akan membuat induk usaha Pupuk Kaltim, yaitu PT Pupuk Indonesia, menjual hingga 20 persen saham perusahaan.
Pupuk Kaltim menjadi salah satu unit Pupuk Indonesia pada 2012 dan kini menjadi produsen urea dan amoniak terbesar di Indonesia.
Perusahaan yang berbasis di Kalimantan itu memiliki 13 pabrik, termasuk lima pabrik amonia dengan kapasitas 2,74 juta ton per tahun dan lima pabrik urea yang memproduksi 3,44 juta ton per tahun.
Selain Pupuk Kaltim, perusahaan lain yang diharapkan go public di Indonesia tahun ini antara lain dua anak usaha PT Pertamina (Persero), yakni Pertamina Geothermal Energy dan Pertamina Hulu Energi.
Wacana IPO Pupuk Kaltim sendiri bukanlah yang pertama. Pada 2021, BUMN itu menargetkan bisa IPO pada kuartal II 2022. Namun, tidak terwujud.
Saat itu, Direktur Utama Pupuk Indonesia Bakir Pasaman mengatakan Pupuk Kaltim akan menggunakan dana hasil IPO untuk pembangunan pabrik amonia, urea, dan metanol di Bintuni, Papua.
Namun, ia tidak mengungkapkan target dana yang terkumpul dari gelaran IPO tersebut.
Ia merincikan Pupuk Kaltim akan membangun pabrik amonia dan urea di Bintuni. Sedangkan, pembangunan pabrik methanol akan dilaksanakan secara joint venture (JV) dengan partner strategis di mana Pupuk Indonesia Grup akan bertindak sebagai pemegang saham mayoritas pada perusahaan patungan nantinya.
(redaksi)