POJOKNEGERI.COM - Hasil survei dirilis Voxpol Center Research and Consulting untuk calon presiden (capres) 2024.
Dalam hasil survei itu, Voxpol juga menerbitkan simulasi calon pasangan capres dan cawapres.
Hasilnya Puan Maharani kerap berada di posisi terbawah.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan ada beragam simulasi yang dibagi dengan 3 model pasangan. Mayoritas simulasi tersebut, menempatkan Puan di posisi terakhir.
"Ini adalah simulasi pasangan capres dan cawapres, ketika kita uji ini baru simulasi koalisinya. Bisa saja berubah, tapi dari 4 capres yang kita uji, itu Pak Anies unggul 30,1% kalau pak Anies berpasangan dengan Bu Khofifah, kemudian 4,6% Puan (dengan Sandiaga), 28,1% Ganjar dengan Airlangga, Pak Prabowo dengan Erick itu 25,3%. Ini simulasi 4 (pasangan)," papar Pangi di acara Voxpol Center Research and Consulting dengan tema 'Peta Elektoral dan Simulasi Kandidat Capres-Cawapres Potensial Pilpres 2024', Hotel Alia Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (18/11/2022).
Ia menjabarkan simulasi kedua, di mana Puan Maharani dipasangkan dengan Erick Thohir. Hasilnya, perolehan suara mereka hanya 3,1%.
"Simulasi kedua, unggul Mas Ganjar dengan Sandiaga itu 30,9%, disusul oleh Pak Anies dan Andika, yang ketiga Prabowo-Cak Imin, yang terkahir Puan-Erick Thohir," katanya.
Berdasarkan data, dalam 6 simulasi yang menyandingkan 4 pasangan. Satu-satunya Puan unggul di posisi ketiga saat disandingkan dengan Andika Perkasa. Di mana posisi pasangan terakhir, yakni Airlangga Hartato dan Ridwan Kamil.
"PDI Perjuangan akan terlempar dari persaingan jika tidak mengusung Ganjar dan memaksakan Puan Maharani sebagai calon presiden, yang dalam survei ini namanya selalu paling buncit jika maju sebagai calon presiden atau calon wakil presiden sekalipun," tulis kesimpulan Voxpol Center Research and Consulting dalam keterangannya.
"Meskipun pemilih Ganjar dan PDI-P cenderung loyal sehingga tidak berdampak signifikan terhadap elektabilitas partai. Namun, PDI-P akan kehilangan kesempatan untuk melanjutkan kepemimpinan Joko Widodo jika memaksakan untuk tetap mengusung Puan Maharani," demikian sebagaimana penjelasan.
(redaksi)