POJOKNEGERI.COM - Dalam sepuluh tahun terakhir, semakin banyak institusi pendidikan tinggi di Indonesia mulai menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam program akademik mereka.
Meningkatnya adopsi EMI oleh Institusi Pendidikan Tinggi (Higher Education Institutions/HEIs) di Indonesia sebagian didorong oleh upaya internasionalisasi kurikulum dan memperkuat daya saing global, dengan beberapa staf pengajar yang antusias melaporkan bahwa EMI, jika diterapkan dengan baik, menawarkan berbagai macam manfaat bagi individu dan institusi.
Hal ini merupakan bagian dari beberapa temuan kunci dari studi 'The State of English as Medium of Instruction (EMI) in Higher Education Institutions in Indonesia', yang diluncurkan pada Kamis (8/7/2021) oleh British Council Indonesia, dengan dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
Meskipun pertumbuhannya pesat, belum ada cukup bukti yang tersedia untuk memahami sejauh mana penerapan EMI telah diimplementasikan di Indonesia, ataupun tentang bagaimana mengukur pelaksanaannya secara efektif dan bagaimana hal ini mendukung pencapaian tujuan pendidikan di Indonesia.
Dirangkai menggunakan strategi penelitian metodologi campuran, laporan penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan memberikan wawasan tentang berbagai bidang implementasi EMI di seluruh sektor pendidikan tinggi di Indonesia. Tak hanya melampirkan hasil analisa, laporan ini juga berisi rekomendasi praktis untuk pengembangan kebijakan di masa depan dan menguraikan pertimbangan dalam kaitannya dengan implementasi EMI dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Hugh Moffatt, Country Director British Council Indonesia, menggarisbawahi pentingnya memastikan manfaat EMI secara maksimal bagi siswa.
“Tujuan utama dari implementasi EMI adalah untuk memastikan bahwa kualitas pengajaran dan pembelajaran tidak terhalang oleh penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. untuk siswa yang menggunakan Bahasa Ingggris sebagai bahasa kedua, ketiga atau bahkan keempat. Implementasi EMI membawa risiko yang dapat mempengaruhi potensi akademik siswa jika tidak dilakukan dengan baik,” Ujar Hugh.
Laporan ini mencatat tantangan dalam praktik EMI saat ini di perguruan tinggi di Indonesia, seperti keterampilan bahasa Inggris yang tidak memadai di kalangan siswa, juga kesulitan yang ditemukan oleh guru dalam mengadaptasi bahasa Inggris ke dalam pengajaran dan bagaimana EMI diterapkan.
Temuan menunjukkan bahwa tidak kurang dari 197 dosen yang diwawancarai (dari 210) menyebutkan rendahnya tingkat kompetensi bahasa Inggris di kalangan mahasiswa sebagai salah satu hambatannya. Ketika ditanya tentang dukungan yang dibutuhkan, 119 dosen menyebutkan pentingnya pelatihan staf untuk penggunaan bahasa Inggris akademik dan 101 dosen menyebutkan dibutuhkannya pelatihan staf dalam metodologi pengajaran, dan masih banyak lagi lainnya faktor - faktor penentu efektifnya penggunaan EMI dalam proses belajar dan mengajar, khususnya pada perguruan tinggi di Indonesia.
“Peluncuran hasil penelitian ini menekankan komitmen British Council untuk mendukung peningkatan standar pengajaran, pembelajaran dan penilaian dalam bahasa Inggris dan melalui bahasa Inggris. Kami berharap laporan ini akan menjadi pemantik diskusi di masa mendatang, menawarkan berbagai wawasan baru dan pengetahuan sebagai bahan dialog, dan dapat menyediakan rekomendasi yang jelas untuk penelitian masa depan dan langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas program EMI di Indonesia.” Hugh melanjutkan.
Satu dari enam rekomendasi praktis dari laporan ini menyarankan bahwa Perguruan Tinggi harus didorong untuk mempublikasikan kebijakan mereka tentang pengajaran menengah, memberikan latar belakang yang jelas untuk penggunaan bahasa Inggris dan menyatakan tujuan pembelajaran secara eksplisit.
Rekomendasi tersebut juga mencakup peran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk mempertimbangkan pembentukan badan kuasi-resmi untuk memantau dan memberi saran penerapan EMI di Perguruan Tinggi.
“Saya menyambut baik publikasi yang tepat waktu ini. Tidak ada perbaikan cepat atau jawaban mudah untuk mengatasi masalah seputar penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di institusi pendidikan tinggi. Namun, seperti yang dapat kita lihat dalam laporan ini, ada beberapa perkembangan positif dan praktik terbaik dalam pendidikan menengah bahasa Inggris di beberapa universitas di Indonesia yang dapat dipelajari oleh orang lain. Laporan ini juga menguraikan beberapa rekomendasi praktis yang dapat diambil oleh semua pemangku kepentingan pendidikan ke depan.” ujar Prof. Nizam, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam kata pengantarnya.
Dihadiri oleh perwakilan dari pemerintah, akademisi dan praktisi pendidikan, peluncuran ini menjadi forum diskusi dan pertukaran wawasan antara Indonesia dan Inggris untuk meningkatkan implementasi EMI di seluruh Indonesia.
Penelitian ini dikomisikan oleh British Council kepada School of Education, University of Leeds, untuk melakukan penelitian ini bersama rekan-rekan mereka di Indonesia, seperti Universitas Atma Jaya Jakarta, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Dipenegoro (UNDIP).
(redaksi)